BAB I
PENDAHULUAN
I.1.Latar
Belakang
Dalam arti luas, obat ialah setiap zat kimia yang
dapat mempengaruhi proses hidup, maka
farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk tenaga
medis, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk
maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu agar mengerti
penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagi gejala penyakit. Farmakologi
mencakup pengetahuan tentang sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komposisi,
efek fisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, dan distribusi,
ekskresi dan penggunaan obat. Seiring berkembangnya pengetahuan, beberapa
bidang ilmu tersebut telah berkembang menjadi ilmu tersendiri.
Dalam farmakologi mencakup informasi mengenai pengaruh
obat sistem biologi (tubuh), dan sebaliknya pengaruh tubuh terhadap obat. Ilmu
yang mengkaji pengaruh obat terhadap tubuh dinamakan farmakodinamika. Definisi
lain, farmakodinamika adalah studi hubungan konsentrasi obat dengan efek
biologi (fisiologi atau biokimi) yang ditimbulkan. Aspek disiplin ilmu ini
mencakup aksi obat mekanisme aksi obat dan target aksi obat baik pada organ,
jaringan maupun sel. Target kebanyakan obat dalam tubuh adalah reseptor.
Reseptor merupakan suatu makro molekul dalam membran sel atau dalam sel dimana
obat berinteraksi untuk menghasilkan efek.
I.2
Maksud Dan Tujuan
I.1 Maksud
Mengetahui dan memahami pengaruh efek obat didalam tubuh
mencit (Musmusculus)
I.2 Tujuan
Untuk mengetahui efek farmakodinamika pada hewan coba
mencit (Musmusculus) setelah
diberikan obatglibenklamid
1.3
Prinsip
Berdasarkan data rute pemberian obat pada hewan coba
mencit (Musmusculus) dengan mengukur
gula darah pada mencit terlebih dahulu mencit dipuasakan dan diberikan glukosa di
tunggu selama 1 jam setelah 1 jam diberikan glibenklamid di tunggu selama 30
menit dan di potong ekornya sebanyak 3x dan diukur gula darah menggunakan glukometer.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1
Teori umum
Farmakodinamik adalah efek obat pada fisiologi sel dan
mekanisme yang dapat menyebabkan reaksi farmasetik. Ada dua jenis efek yang
ditimbulkan oleh obat, yaitu efek primer dan efek sekunder. Efek primer adalah
efek yang sesuai dengan tujuan pengobatan. Efek sekunder adalah efek samping
samping yang mungkin atau mungkin tidak diinginkan (kamienski ; 2015).
Sebagai contoh, difenhidramin (Benadhryl) adalahanti
histamin. Efek primernya adalah untuk mengatasi gejala alergi. Efek sekunder
yang ditimbulkan adalah penekanan sistem saraf pusat yang menyebabkan kantuk.
Efek sekunder tersebut diinginkan jika pasien membutuhkan bedrest, tapi tidak diinginkan jika pasien harus mengendarai mobil
(kamienski ; 2015).
Obat membutuhkan jangka waktu tertentu hingga reaksi farmasetik
mulai dirasakan. Hal ini disebut sebagai respon waktu obat. Ada tiga respons waktu
: onset, puncak, dan durasi (kamienski ; 2015).
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa farmakologi merupakan
ilmu yang mempelajari tentang obat, terutama pada aspek efek dan nasib obat
dalam tubuh. Obat sendiri merupakan senyawa kimia dosis tertentu digunakan
dalam diagnosa, penanganan atau pencegahan penyakit. Obat merupakan senyawa
ketika masuk kedalam tubuh dapat mempengaruhi fungsi tubuh, dan juga
dipengaruhi oleh tubuh. Pengaruh senyawa tersebut pada tubuh berupa suatu efek,
sedangkan pengaruh tubuh terhadap senyawa tersebut merupakan nasib obat dalam
tubuh berupa absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (adme) (Nugroho ; 2014).
Sebagian besar obat harus berikatan dengan reseptor agar
dapat menimbulkan efek. Namun, ditingkat sel, peningkatan obat hanyalah
merupakan yang pertama dari apa yang sering merupakan suatu tahapan rangkaian
rumit :
·
Obat (O) + reseptor0efektor (R) ® kompleks obat - reseptor –
efektor®efek
·
O+R ®
kompleks obat-reseptor ®molekul
efektor®
Efek
Perhatikan bahwa perubahan akhir dalam fungsi terjadi
dalam melalu suatu mekansmeefektor. Efektor mungkin merupakan dari bagian dari
molekul reseptor atau mungkin merupakan suatu molekul tersendiri. Sejumlah
besar reseptor berkomunikasi dengan efektor mereka melalui molekul penghubung
(Katzung ; 2016)
Hubungan antara dosis suatu obat dan respons yang
teramati secara klinis mungkin kompleks. Namun, dalam sistem-sistem in vitro yang
terkontrol secara cermat, hubungan antara konsentrasi suatu obat dan efeknya
sering sederhana dan dapat dijelaskan dengan presisi matematis. Hubungan
ideal ini menggaris bawahi hubungan yang
lebih kompleks antara dosis dan efek yang terjadi ketika obat diberikan kepada
pasien (Katzung ; 2016).
Fase farmakodinamik melalui proses berinteraksi dengan
reseptor, berinteraksi dengan enzim dan kerja nonspesifik. Interaksi obat
dengan reseptor sering analogikakan atau disamakan dengan pasnya kunci masuk
kedalam gemboknya. Obat adalah kunci dan reseptor adalah gemboknya (Priyanto ;
2010).
Interaksi reseptor dengan ligan mencakup pembentukan
ikatan kimia, paling sering adalah ikatan elektrostatik dan hydrogen, dan juga
interaksi lemah yang melibatkan gaya van der waals. Kesuksesan ikatan suatu
obat membutuhkan kesesuaian yang benar-benar tepat antara atom-atom igan dengan
atom-atom reseptor komplementer.(Harfey ; 2013).
Inflamansi adalah respons protektif tubuh terhadap cedera
ringan. Cedera menyebabkan pelepasan tiga bahan kimia yang merangsang respon
faskular yang mendorong cari dan sel darah putih mengalir kelokasi cedera.
Ujung saraf dirangsang oleh sinyal-sinyal otak bahwa sedang terjadi pada cedera
pada bagian tubuh tersebut. Zat kimia tersebut adalah histamine, kinin, dan prostaglandin
(kamienski ; 2015).
Diabetes mellitus (dm) adalah gangguan metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemah, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin
atau penurun sensitifitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasai
kronis mikrofaskuler, makrofaskuler, dan neuoro pati (sukandar ; 2013).
Glibenklamida adalah obat pertama dari antibiabetika
generasi kedua dengan khasiat hipoglikemisnya yang kira-kira 100x lebih kuat
dari pada tolbultamida. Sering kali ampuh dimana obat-obat lain tidak efektif
lagi (Tjay ; 2016).
Glibenklamid potensinya 200x lebih kuat dari tolbutamit,
masa paruhnya sekitar 4 jam. Metabolismenya di hepar, pada pemberian dosis
tunggal hanya 25% metaboliknyadiekskri melalui urin, sisanya melalui empedu.
Pada penggunaan dapat terjadi kegagalan primer dan skunder, dan seluruh
kegagalan kita-kira 21% selama ½ tahun. Karena semua sulfonylurea di
metabolisme di hepar dan di ekskresi melalui ginjal, sedian ini tidak boleh di
berikan pada gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat (gunawan; 2012).
Farmakodinamik mekanisme kerja seperti insulin alami
mulai kerja 15-30 menit efek maksimim 1-4 jam lama kerja 5-8 jam (Schmitz;
2016).
Yang dimaksud dengan reseptor adalah makro molekul
(biopolymer) khas ataubagiannya dalam organisme, yaitu tempat aktif biologi,
tempat obat terikat. Persyaratan untuk interaksi obat reseptor adalah tempat
pembentukan kompleks obat-reseptor. Kemampuan suatu obat untuk menimbulkan
suatu rangsang dan dengan demikian efek setelah membentuk kompleks dengan
reseptor disebut aktifitas intrinsik menentukan besarnya efek maksimum yang
dicapai oleh masing-masing senyawa.(Mutschler ; 1999)
II.2 Uraian Bahan
1.Aquadest
(Dirjen POM ; 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air
Suling
RM/BM : H 2 O/18,02
Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
Kelarutan
: Larut dalam etanol gliser
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :
Sebagai Pelarut
2.Glukosa (Dirjen POM ;
1979)
Nama Resmi : GLUCOSUM
Nama Lain : Glukosa
RM/BM :
C6H12O6.H2O/198,17
Pemerian : Hablur tidak berwarna,serbukn hablur atau
butiran putih, tidak berbau, rasa
manis.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :
Kalorigenikum
3.Aqua pro injeksi
(Dirjen POM ; 1979)
Nama Resmi : AQUA
PRO INJECTIONE
Nama Lain
: Air injeksi
Pemerian :Keasaman-kebasaan, ammonium, besi, tembaga,
timbal, kalsium, klorida, nitrat, sulfat, zat teroksidasi memenuhi syarat yang
tertera pada aqua destillata.
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup kedap. Jika
disimpan dalam wadah tertutup kapas berlemak harus digunakan dalam waktu 3 hari
setelah pembuatan.
Kegunaan : Untuk pembuatan injeksi
4.Glibenklamid (Theodorus
; 2014)
Nama Dagang : Daonil, Euglucon
Sediaan : tablet
Kelompok Obat : Antidiabetes (sulfonylurea)
Mekanisme Kerja : Bekerja dengan merangsang hormon insulin
di pankreas
Indikasi : Diabetes mellitus
Kontra Indikasi : Wanita diabetes yang sedang hamil,
penderita glikosuria renal-diabetes, hipersensitivitas
Efek Samping : Mual, muntah, sakit perut, vertigo,
bingung, ataksia, reaksi alergi
Interaksi Obat : Glukokortikoid,hormone tiroid,
diuretika, estrogen menyebabkan
peningkatan kadar glukosa dalam darah bila diberikan bersamaan.
II.3 Karakteristik Dan
Klasifikasi Hewan Coba (malole
; 1989)
1. Mencit(Musmusculus)
a.
Sifat-sifat mencit :
1.
Cendrung berkumpul
bersama
2. Penakut, fotofobik
3. Lebih aktif pada malam hari
4. Aktivitas
terhambat dengan kehadiran manusia
5. Tidak mengigit
b. Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Musmusculus
c.
Karakteristik :
Lama hidup : 1-2 tahun
Lama bunting : 19-21 hari
Umur disapih : 2 tahun
Umur dewasa : 35 hari
Siklus kelamin : Pollestrus
Siklus estrus : 4-5 hari
Lama estrus : 12-24 jam
Berat dewasa : 20-24 g
Jantan : 18-35 g
Berat lahir : 0,5-1,0 g
Jumlah anak : rata-rata 6, biasa 15
Suhu : 35-39 (rata-rata)
BAB
III
METODE
KERJA
III.1
Alat dan bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat yang
digunakan adalah batang pengaduk, kandang, kertas perkamen, lap kasar, lap
halus, lumpang dan alu, gelas kimia, gunting, glukometer, jarum berujung tumpul
(kanula), sarung tangan,sudip, spoid, stik, stop watch.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan aquadest, glukosa,
glibenklamid, dan pro injeksi.
III.2
Cara Kerja
1. Disiapkan
alat dan bahan
2. Dipuasakan
mencit selama satu malam
3. Dipotong
sedikit ujung ekor mencit
4. Diukur
gula darah puasa mencit
5. Diberikan
glukosa dan tunggu selama 1 jam
6. Dipotong
ekor mencit dan dihitung gula darah mencit
7. Diberikan
larutan glibenklamid
8. Ditunggu
selama 30 menit dan dipotong ekornya sebanyak 3 kali
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Pengamatan
NO
|
Hewan
coba
|
Kadar
Gula Darah
|
||||
Awal
|
Induksi
|
Akhir
|
||||
30’
|
60’
|
90’
|
||||
1.
|
Mencit (Musmusculus)
|
45 mg/dl
|
93 mg/dl
|
54
mg/dl
|
60
mg/dl
|
67
mg/dl
|
IV.2
Pembahasan
Farmakodinamikaadalah ilmu yang mempelajari efek obat dalam
tubuh. Farmakodinamika membahas tentang efek obat pada tubuh, mekanisme obat,
fisiologi obat biokimia. obat harus berikatan dengan reseptor agar dapat agar
obat tersebut dapat menimbulkan efek teraupetik.
Contoh dari reseptor dan ligandiibaratkan kunci dan
gembok. Gembok adalah reseptor dan liganadalah gembok. Reseptor dan ligan harus
cocok. Jika resepor dan ligan tidak dapat bersatu maka tidak akan
menimbulkan efek obat.
Faktor- faktor yang mempengaruhi efek obat adalah proses
ADME, usia dari seseorang, berat badan, jalur pemberian obat, dan interaksi
obat. Inflamasi adalah respons protektif tubuh terhadap cedera. Cedera ini
menyebabkan pelepasan 3 bahan kimia yaitu histamine, kinin dan prostgladin.
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran terhadap gula
darah mencit yang telah dipuasakan selama
semalam. Setelah dipuasakan mencit di berikan glukosa denga cara peroral dan
didiamkan selama 1 jam. Setelah itu diukur kadar gula darahnya. Setelah itu di
berikan obat penurun kadar gula darah dan didiamkan selama 30 menit sampai obat
bereaksi.Obat ini bereaksi ditubuh mencit karena ligandari obat glibenklamid bersatu
dengan reseptornya sehingga memiliki efek teraupetik.
Dari data didapatkan kadar gula mencit sebelum diberikan
glukosa 45 mg/dl setelah diberikan glukosa kadar gula mencit naik menjadi 93 mg/dl.
Setelah di berikan obat glibenklamid pada menit ke 30 kadar gula mencit turun
menjadi 54 mg/dl, pada menit ke 60 kadar gula mencit naik menjadi 60 mg/dl, dan
pada menit ke 90 kadar gula mencit naik menjadi 64 mg/dl. Efek obat yang bekerja pada mencit hanya 30 menit sja.
Sulfonilurea merupakan jenis obat diabetes melitus, obat
in berfungsi untuk merangsang sel beta pankreas untuk memproduksi lebih banyak
hormon insulin. Obat ini hanya bermanfaat jika dikomsumsi oleh penderita DM
yang tidak mengalami kerusakan pankreas.
Mekanisme kerjanya yaitu merangsang sekresi insulin dari
sel beta pangkreas yang menyebabkan depolarisasi membran dan membuka kanal
kalium. Obat yang termasuk kelompok sulfonilurea adalah glibenklamik.
Glibenklamida adalah
hipoglikemik oral derivatsulfonil urea yang bekerja aktif menurunkan kadar gula
darah. Glibenklamia bekerja dengan merangsang sekresi insulin dari pankreas. Oleh karena itu glibenklamida
hanya bermanfaat pada penderita diabetes dewasa yang pankreasnya masih mampu
memproduksi insulin. Pada penggunaan per oral glibenklamida diabsorpsi sebagian
secara cepat dan tersebar ke seluruh cairan ekstrasel, sebagian besar terikat
dengan protein plasma. Pemberian glibenklamida dosis tunggal akan menurunkan
kadar gula darah dalam 3 jam dan kadar ini dapat bertahan selama 15 jam.
Glibenklamidadieksresikan bersama feses dan sebagai metabolitbersama urin.
Indikasi : Diabetes militus pada orang dewasa,
tanpa komplikasi yang tidak responsif dengan diet saja.
Kontra indikasi
: Glibenklamida tidak boleh diberikan pada diabetes militusjuvenil, prekoma dan
koma diabetes, gangguan fungsi ginjal berat dan wanita hamil. Gangguan fungsi hati, gangguan berat fungsi tiroid atau adrenal. Ibu
menyusui: - Diabetes militus dan komplikasi (demam, trauma, gangren). -
Pasien yang mengalami operasi.
Cara kerja obat : Glibenklamida adalah
hipoglikemik oral derivatsulfonil urea yang bekerja aktif menurunkan kadar gula
darah. Glibenklamida bekerja dengan merangsang sekresi insulin dari pankreas.
Oleh karena itu glibenklamida hanya bermanfaat pada penderita diabetes dewasa
yang pankreasnya masih mampu memproduksi insulin. Pada penggunaan per oral glibenklamida
diabsorpsi sebagian secara cepat dan tersebar ke seluruh cairan ekstrasel,
sebagian besar terikat dengan protein plasma. Pemberian glibenklamida dosis
tunggal akan menurunkan kadar gula darah dalam 3 jam dan kadar ini dapat
bertahan selama 15 jam. Glibenklamida diekskresikan
bersama feses dan sebagai metabolit
bersama urin.
Dosis: Dosis awal 1 kaplet sehari sesudah
makan pagi, setiap 7 hari ditingkatkan dengan 1/2 - 1 kaplet sehari sampai
kontrol metabolit optimal tercapai.
Dosis awal untuk orang tua 2.5 mg/hari.
Dosis awal untuk orang tua 2.5 mg/hari.
Dosis
tertinggi 3 kaplet sehari dalam dosis terbagi.
Peringatan
dan Perhatian:
o
Pada keadaan stress, terapi dilakukan
harus dengan insulin.
o
Hati-hati bila diberikan pada orang yang
lanjut usia.
EfekSamping: Kadang-kadang terjadi gangguan saluran
cerna seperti: mual, muntah dannyeri epigastrik. Sakit kepala, demam, reaksi alergi
pada kulit.
Interaksi Obat:
Interaksi Obat:
o
Efek hipoglikemia ditingkatkan oleh alkohol,
siklofosfamid, antikoagulan kumarina, inhibitor MAO, fenilbutazon, penghambat
beta adrenergik, sulfonamida.
o
Efek hipoglikemia diturunkan oleh adrenalin,
kortikosteroid, tiazida.
Obat diabetes (Antidiabetik) adalah penyakit yang
ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus menerus
dan bervariasi,terutama setelah maka. Diabetes mellitus merupakan kelainan
metabolisme yang kronis dan terjadi karena defisiensi insulin atau resistensi
insulin. DM adalah keadaan dimana tubuh tidak menghasilkan atau memakai insulin
sebagaimana mestinya.
Obat antidiabet yaitu :Insulin, antidiabetik oral : golongan
sulfonilurea : glibenklamid, gliburid.
Sulfonilurea merupakan jenis obat diabetes melitus, obat
in berfungsi untuk merangsang sel beta pankreas untuk memproduksi lebih banyak
hormon insulin. Obat ini hanya bermanfaat jika dikomsumsi oleh penderita DM
yang tidak mengalami kerusakan pankreas.
Mekanisme kerjanya yaitu merangsang sekresi insulin dari
sel beta pangkreas yang menyebabkan depolarisasi membran dan membuka kanal
kalium. Obat yang termasuk kelompok sulfonilurea adalah glibenklamik, biguanid,
acarbose
Biguanid memiliki fungsi untuk merangsang sel-sel didalam
tubuh agar lebih peka terhadap insulin. Karena fungsinya yang dapat
meningkatkan sensitifitas insulin didalam tubuh, maka obat ini sering digunakan
oleh penderita DM.
Efek sampingnya yaitu menyebabkan gangguan saluran cerna,
perubahan pembentukan darah, kerusakan berat ginjal atau hati. Oleh sebab itu,
lebih disarankan untuk meminum obat ini dengan dosis rendah setelah makan jika
anda belum pernah meminumnya. Selain itu, obat ini juga sangat tidak disarankan
untuk diminum oleh wanita hamil atau menyusui.
Acarbose adalah jenis obat diabetes yang penggunaannya
baik dikombinasikan dengan obat jenis sulfonilurea. Fungsi dari obat jenis
acarbose adalah untuk memperlambat proses perubahan karbohidrat menjadi glukosa
didalam tubuh. Obat jenis ini sangat disarankan digunakan oleh penderita
diabetes yang memiliki kadar gula darah 180 mg/dl dalam keadaan puasa dan juga
yang sering memakan makanan berkarbohidrat tinggi. Namun demikian, obat jenis
acarbose ini tidak dianjurkan untuk dikomsumsi oleh orang yang berumur kurang
dari 18 tahun.
Insulin obat jenis ini memang sudah tidak asing lagi
karena obat jenis ini sangat sering digunakan oleh penderita DM tipe 1.
Penderita DM tipe 1 memiliki masalah kekurangan hormon insulin sehingga
membutuhkan tambahan hormon unsulin buatan. Insulin buatan bisa disuntikkan
dibagian dinding perut, paha maupun lengan atas.
Mekanisme kerja insulin merupakan hormon anabolik dan
antikatabolik. Insulin berperan dalam metabolisme protein, karbohidrat, dan
lemak. Insulin yang diproduksi secara endogen dipecah dari peptida proinsulin
yang lebih besar di sel beta pankreas ke peptida aktif dari insulin dan
peptida-c,yang dapat digunakan sebagai tanda dari produksi insulin endogen.
BAB
V
PENUTUP
V.
Kesimpulan
Mencit
yang telah diberikan obat glibenklamid mengalami penurunan gula darah dan efek
obat dari glibenklamidterabsorpsi sempurna didalam tubuh mencit (Musmusculus).
DAFTAR
PUSTAKA
Dirjen POM,1979.Farmakope Indonesia
Edisi ketiga. Depkes RI ; Jakarta (P: 96,97 dan 268)
Gunawan, Sulistia G,
2012. Farmakologi dan Terapi. UI ;
Jakarta
Harvey,
Richard.A. 2016. Farmakologi Ulasan
Bergambar Edisi 4.EGC; Jakarta (P: 34)
Katzung, Bertram Dkk.
2016. Farmakologi Dasar Dan Klinik Edisi 12. EGC;
Jakarta (P: 7)
Kamienski, Mary.
2015. Farmakologi. Rapha Publishing;
Yogyakarta (P: 39 dan 220)
Mutschler,Ernst.
1999. Dinamika Obat Edisi kelima. ITB; Bandung (P:
52)
Malole M.B.M.1989. Penggunaan
Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium.Departemen pendidikan dan kebudayaan
; Bogor
Nugroho, Agung Endro.
2014. Farmakologi Obat-obat Penting dalam
Pemebelajaran Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan. Pustaka Pelajar;
Yogyakarta (P: 4)
Priyanto Dkk. 2010. Farmakologi Dasar. Leskonfi;Jabar (P: 41)
Sukandar, ElinYulina,
2013. ISO Farmakoterapi. ISFI ; Jakarta Barat
Schmitz, Gery, 2016. Farmakologi dan Toksikologi. Buku
kedokteran ; Jakarta
Tjoay, Tan Hoan.
2016. Obat-Obat Penting Edisi keenam. Media Komputindo;
Jakarta
Tim Dosen Farmakologi,2017. Penuntun
Farmakologi Dasar. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Kebangsaan Makassar ;
Makassar ( P: 20)
Theodorus.2014. Penuntun Praktis Peresepan
Obat. EGC ; Jakarta (P: 101)
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1.Latar
Belakang
Dalam arti luas, obat ialah setiap zat kimia yang
dapat mempengaruhi proses hidup, maka
farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk tenaga
medis, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk
maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu agar mengerti
penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagi gejala penyakit. Farmakologi
mencakup pengetahuan tentang sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komposisi,
efek fisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, dan distribusi,
ekskresi dan penggunaan obat. Seiring berkembangnya pengetahuan, beberapa
bidang ilmu tersebut telah berkembang menjadi ilmu tersendiri.
Dalam farmakologi mencakup informasi mengenai pengaruh
obat sistem biologi (tubuh), dan sebaliknya pengaruh tubuh terhadap obat. Ilmu
yang mengkaji pengaruh obat terhadap tubuh dinamakan farmakodinamika. Definisi
lain, farmakodinamika adalah studi hubungan konsentrasi obat dengan efek
biologi (fisiologi atau biokimi) yang ditimbulkan. Aspek disiplin ilmu ini
mencakup aksi obat mekanisme aksi obat dan target aksi obat baik pada organ,
jaringan maupun sel. Target kebanyakan obat dalam tubuh adalah reseptor.
Reseptor merupakan suatu makro molekul dalam membran sel atau dalam sel dimana
obat berinteraksi untuk menghasilkan efek.
I.2
Maksud Dan Tujuan
I.1 Maksud
Mengetahui dan memahami pengaruh efek obat didalam tubuh
mencit (Musmusculus)
I.2 Tujuan
Untukmengetahui efek farmakodinamika pada hewan coba
mencit (Musmusculus) setelah
diberikan obatglibenklamid
1.3
Prinsip
Berdasarkan data rute pemberian obat pada hewan coba
mencit (Musmusculus) dengan mengukur
gula darah pada mencit terlebih dahulu mencit dipuasakan dan diberikan glukosa di
tunggu selama 1 jam setelah 1 jam diberikan glibenklamid di tunggu selama 30
menit dan di potong ekornya sebanyak 3x dan diukur gula darah menggunakan glukometer.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1
Teori umum
Farmakodinamik adalah efek obat pada fisiologi sel dan
mekanisme yang dapat menyebabkan reaksi farmasetik. Ada dua jenis efek yang
ditimbulkan oleh obat, yaitu efek primer dan efek sekunder. Efek primer adalah
efek yang sesuai dengan tujuan pengobatan. Efek sekunder adalah efek samping
samping yang mungkin atau mungkin tidak diinginkan (kamienski ; 2015).
Sebagai contoh, difenhidramin (Benadhryl) adalahanti
histamin. Efek primernya adalah untuk mengatasi gejala alergi. Efek sekunder
yang ditimbulkan adalah penekanan sistem saraf pusat yang menyebabkan kantuk.
Efek sekunder tersebut diinginkan jika pasien membutuhkan bedrest, tapi tidak diinginkan jika pasien harus mengendarai mobil
(kamienski ; 2015).
Obat membutuhkan jangka waktu tertentu hingga reaksi farmasetik
mulai dirasakan. Hal ini disebut sebagai respon waktu obat. Ada tiga respons waktu
: onset, puncak, dan durasi (kamienski ; 2015).
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa farmakologi merupakan
ilmu yang mempelajari tentang obat, terutama pada aspek efek dan nasib obat
dalam tubuh. Obat sendiri merupakan senyawa kimia dosis tertentu digunakan
dalam diagnosa, penanganan atau pencegahan penyakit. Obat merupakan senyawa
ketika masuk kedalam tubuh dapat mempengaruhi fungsi tubuh, dan juga
dipengaruhi oleh tubuh. Pengaruh senyawa tersebut pada tubuh berupa suatu efek,
sedangkan pengaruh tubuh terhadap senyawa tersebut merupakan nasib obat dalam
tubuh berupa absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (adme) (Nugroho ; 2014).
Sebagian besar obat harus berikatan dengan reseptor agar
dapat menimbulkan efek. Namun, ditingkat sel, peningkatan obat hanyalah
merupakan yang pertama dari apa yang sering merupakan suatu tahapan rangkaian
rumit :
·
Obat (O) + reseptor0efektor (R) ® kompleks obat - reseptor –
efektor®efek
·
O+R ®
kompleks obat-reseptor ®molekul
efektor®
Efek
Perhatikan bahwa perubahan akhir dalam fungsi terjadi
dalam melalu suatu mekansmeefektor. Efektor mungkin merupakan dari bagian dari
molekul reseptor atau mungkin merupakan suatu molekul tersendiri. Sejumlah
besar reseptor berkomunikasi dengan efektor mereka melalui molekul penghubung
(Katzung ; 2016)
Hubungan antara dosis suatu obat dan respons yang
teramati secara klinis mungkin kompleks. Namun, dalam sistem-sistem in vitro yang
terkontrol secara cermat, hubungan antara konsentrasi suatu obat dan efeknya
sering sederhana dan dapat dijelaskan dengan presisi matematis. Hubungan
ideal ini menggaris bawahi hubungan yang
lebih kompleks antara dosis dan efek yang terjadi ketika obat diberikan kepada
pasien (Katzung ; 2016).
Fase farmakodinamik melalui proses berinteraksi dengan
reseptor, berinteraksi dengan enzim dan kerja nonspesifik. Interaksi obat
dengan reseptor sering analogikakan atau disamakan dengan pasnya kunci masuk
kedalam gemboknya. Obat adalah kunci dan reseptor adalah gemboknya (Priyanto ;
2010).
Interaksi reseptor dengan ligan mencakup pembentukan
ikatan kimia, paling sering adalah ikatan elektrostatik dan hydrogen, dan juga
interaksi lemah yang melibatkan gaya van der waals. Kesuksesan ikatan suatu
obat membutuhkan kesesuaian yang benar-benar tepat antara atom-atom igan dengan
atom-atom reseptor komplementer.(Harfey ; 2013).
Inflamansi adalah respons protektif tubuh terhadap cedera
ringan. Cedera menyebabkan pelepasan tiga bahan kimia yang merangsang respon
faskular yang mendorong cari dan sel darah putih mengalir kelokasi cedera.
Ujung saraf dirangsang oleh sinyal-sinyal otak bahwa sedang terjadi pada cedera
pada bagian tubuh tersebut. Zat kimia tersebut adalah histamine, kinin, dan prostaglandin
(kamienski ; 2015).
Diabetes mellitus (dm) adalah gangguan metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemah, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin
atau penurun sensitifitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasai
kronis mikrofaskuler, makrofaskuler, dan neuoro pati (sukandar ; 2013).
Glibenklamida adalah obat pertama dari antibiabetika
generasi kedua dengan khasiat hipoglikemisnya yang kira-kira 100x lebih kuat
dari pada tolbultamida. Sering kali ampuh dimana obat-obat lain tidak efektif
lagi (Tjay ; 2016).
Glibenklamid potensinya 200x lebih kuat dari tolbutamit,
masa paruhnya sekitar 4 jam. Metabolismenya di hepar, pada pemberian dosis
tunggal hanya 25% metaboliknyadiekskri melalui urin, sisanya melalui empedu.
Pada penggunaan dapat terjadi kegagalan primer dan skunder, dan seluruh
kegagalan kita-kira 21% selama ½ tahun. Karena semua sulfonylurea di
metabolisme di hepar dan di ekskresi melalui ginjal, sedian ini tidak boleh di
berikan pada gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat (gunawan; 2012).
Farmakodinamik mekanisme kerja seperti insulin alami
mulai kerja 15-30 menit efek maksimim 1-4 jam lama kerja 5-8 jam (Schmitz;
2016).
Yang dimaksud dengan reseptor adalah makro molekul
(biopolymer) khas ataubagiannya dalam organisme, yaitu tempat aktif biologi,
tempat obat terikat. Persyaratan untuk interaksi obat reseptor adalah tempat
pembentukan kompleks obat-reseptor. Kemampuan suatu obat untuk menimbulkan
suatu rangsang dan dengan demikian efek setelah membentuk kompleks dengan
reseptor disebut aktifitas intrinsik menentukan besarnya efek maksimum yang
dicapai oleh masing-masing senyawa.(Mutschler ; 1999)
II.2 Uraian Bahan
1.Aquadest
(Dirjen POM ; 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air
Suling
RM/BM : H 2 O/18,02
Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
Kelarutan
: Larut dalam etanol gliser
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :
Sebagai Pelarut
2.Glukosa (Dirjen POM ;
1979)
Nama Resmi : GLUCOSUM
Nama Lain : Glukosa
RM/BM :
C6H12O6.H2O/198,17
Pemerian : Hablur tidak berwarna,serbukn hablur atau
butiran putih, tidak berbau, rasa
manis.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :
Kalorigenikum
3.Aqua pro injeksi
(Dirjen POM ; 1979)
Nama Resmi : AQUA
PRO INJECTIONE
Nama Lain
: Air injeksi
Pemerian :Keasaman-kebasaan, ammonium, besi, tembaga,
timbal, kalsium, klorida, nitrat, sulfat, zat teroksidasi memenuhi syarat yang
tertera pada aqua destillata.
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup kedap. Jika
disimpan dalam wadah tertutup kapas berlemak harus digunakan dalam waktu 3 hari
setelah pembuatan.
Kegunaan : Untuk pembuatan injeksi
4.Glibenklamid (Theodorus
; 2014)
Nama Dagang : Daonil, Euglucon
Sediaan : tablet
Kelompok Obat : Antidiabetes (sulfonylurea)
Mekanisme Kerja : Bekerja dengan merangsang hormon insulin
di pankreas
Indikasi : Diabetes mellitus
Kontra Indikasi : Wanita diabetes yang sedang hamil,
penderita glikosuria renal-diabetes, hipersensitivitas
Efek Samping : Mual, muntah, sakit perut, vertigo,
bingung, ataksia, reaksi alergi
Interaksi Obat : Glukokortikoid,hormone tiroid,
diuretika, estrogen menyebabkan
peningkatan kadar glukosa dalam darah bila diberikan bersamaan.
II.3 Karakteristik Dan
Klasifikasi Hewan Coba (malole
; 1989)
1. Mencit(Musmusculus)
a.
Sifat-sifat mencit :
1.
Cendrung berkumpul
bersama
2. Penakut, fotofobik
3. Lebih aktif pada malam hari
4. Aktivitas
terhambat dengan kehadiran manusia
5. Tidak mengigit
b. Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Musmusculus
c.
Karakteristik :
Lama hidup : 1-2 tahun
Lama bunting : 19-21 hari
Umur disapih : 2 tahun
Umur dewasa : 35 hari
Siklus kelamin : Pollestrus
Siklus estrus : 4-5 hari
Lama estrus : 12-24 jam
Berat dewasa : 20-24 g
Jantan : 18-35 g
Berat lahir : 0,5-1,0 g
Jumlah anak : rata-rata 6, biasa 15
Suhu : 35-39 (rata-rata)
BAB
III
METODE
KERJA
III.1
Alat dan bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat yang
digunakan adalah batang pengaduk, kandang, kertas perkamen, lap kasar, lap
halus, lumpang dan alu, gelas kimia, gunting, glukometer, jarum berujung tumpul
(kanula), sarung tangan,sudip, spoid, stik, stop watch.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan aquadest, glukosa,
glibenklamid, dan pro injeksi.
III.2
Cara Kerja
1. Disiapkan
alat dan bahan
2. Dipuasakan
mencit selama satu malam
3. Dipotong
sedikit ujung ekor mencit
4. Diukur
gula darah puasa mencit
5. Diberikan
glukosa dan tunggu selama 1 jam
6. Dipotong
ekor mencit dan dihitung gula darah mencit
7. Diberikan
larutan glibenklamid
8. Ditunggu
selama 30 menit dan dipotong ekornya sebanyak 3 kali
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
IV.1Hasil
Pengamatan
NO
|
Hewan
coba
|
Kadar
Gula Darah
|
||||
Awal
|
Induksi
|
Akhir
|
||||
30’
|
60’
|
90’
|
||||
1.
|
Mencit (Musmusculus)
|
45 mg/dl
|
93 mg/dl
|
54
mg/dl
|
60
mg/dl
|
67
mg/dl
|
IV.2
Pembahasan
Farmakodinamikaadalah ilmu yang mempelajari efek obat dalam
tubuh. Farmakodinamika membahas tentang efek obat pada tubuh, mekanisme obat,
fisiologi obat biokimia. obat harus berikatan dengan reseptor agar dapat agar
obat tersebut dapat menimbulkan efek teraupetik.
Contoh dari reseptor dan ligandiibaratkan kunci dan
gembok. Gembok adalah reseptor dan liganadalah gembok. Reseptor dan ligan harus
cocok. Jika resepor dan ligan tidak dapat bersatu maka tidak akan
menimbulkan efek obat.
Faktor- faktor yang mempengaruhi efek obat adalah proses
ADME, usia dari seseorang, berat badan, jalur pemberian obat, dan interaksi
obat. Inflamasi adalah respons protektif tubuh terhadap cedera. Cedera ini
menyebabkan pelepasan 3 bahan kimia yaitu histamine, kinin dan prostgladin.
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran terhadap gula
darah mencit yang telah dipuasakan selama
semalam. Setelah dipuasakan mencit di berikan glukosa denga cara peroral dan
didiamkan selama 1 jam. Setelah itu diukur kadar gula darahnya. Setelah itu di
berikan obat penurun kadar gula darah dan didiamkan selama 30 menit sampai obat
bereaksi.Obat ini bereaksi ditubuh mencit karena ligandari obat glibenklamid bersatu
dengan reseptornya sehingga memiliki efek teraupetik.
Dari data didapatkan kadar gula mencit sebelum diberikan
glukosa 45 mg/dl setelah diberikan glukosa kadar gula mencit naik menjadi 93 mg/dl.
Setelah di berikan obat glibenklamid pada menit ke 30 kadar gula mencit turun
menjadi 54 mg/dl, pada menit ke 60 kadar gula mencit naik menjadi 60 mg/dl, dan
pada menit ke 90 kadar gula mencit naik menjadi 64 mg/dl. Efek obat yang bekerja pada mencit hanya 30 menit sja.
Sulfonilurea merupakan jenis obat diabetes melitus, obat
in berfungsi untuk merangsang sel beta pankreas untuk memproduksi lebih banyak
hormon insulin. Obat ini hanya bermanfaat jika dikomsumsi oleh penderita DM
yang tidak mengalami kerusakan pankreas.
Mekanisme kerjanya yaitu merangsang sekresi insulin dari
sel beta pangkreas yang menyebabkan depolarisasi membran dan membuka kanal
kalium. Obat yang termasuk kelompok sulfonilurea adalah glibenklamik.
Glibenklamida adalah
hipoglikemik oral derivatsulfonil urea yang bekerja aktif menurunkan kadar gula
darah. Glibenklamia bekerja dengan merangsang sekresi insulin dari pankreas. Oleh karena itu glibenklamida
hanya bermanfaat pada penderita diabetes dewasa yang pankreasnya masih mampu
memproduksi insulin. Pada penggunaan per oral glibenklamida diabsorpsi sebagian
secara cepat dan tersebar ke seluruh cairan ekstrasel, sebagian besar terikat
dengan protein plasma. Pemberian glibenklamida dosis tunggal akan menurunkan
kadar gula darah dalam 3 jam dan kadar ini dapat bertahan selama 15 jam.
Glibenklamidadieksresikan bersama feses dan sebagai metabolitbersama urin.
Indikasi : Diabetes militus pada orang dewasa,
tanpa komplikasi yang tidak responsif dengan diet saja.
Kontra indikasi
: Glibenklamida tidak boleh diberikan pada diabetes militusjuvenil, prekoma dan
koma diabetes, gangguan fungsi ginjal berat dan wanita hamil. Gangguan fungsi hati, gangguan berat fungsi tiroid atau adrenal. Ibu
menyusui: - Diabetes militus dan komplikasi (demam, trauma, gangren). -
Pasien yang mengalami operasi.
Cara kerja obat : Glibenklamida adalah
hipoglikemik oral derivatsulfonil urea yang bekerja aktif menurunkan kadar gula
darah. Glibenklamida bekerja dengan merangsang sekresi insulin dari pankreas.
Oleh karena itu glibenklamida hanya bermanfaat pada penderita diabetes dewasa
yang pankreasnya masih mampu memproduksi insulin. Pada penggunaan per oral glibenklamida
diabsorpsi sebagian secara cepat dan tersebar ke seluruh cairan ekstrasel,
sebagian besar terikat dengan protein plasma. Pemberian glibenklamida dosis
tunggal akan menurunkan kadar gula darah dalam 3 jam dan kadar ini dapat
bertahan selama 15 jam. Glibenklamida diekskresikan
bersama feses dan sebagai metabolit
bersama urin.
Dosis: Dosis awal 1 kaplet sehari sesudah
makan pagi, setiap 7 hari ditingkatkan dengan 1/2 - 1 kaplet sehari sampai
kontrol metabolit optimal tercapai.
Dosis awal untuk orang tua 2.5 mg/hari.
Dosis awal untuk orang tua 2.5 mg/hari.
Dosis
tertinggi 3 kaplet sehari dalam dosis terbagi.
Peringatan
dan Perhatian:
o
Pada keadaan stress, terapi dilakukan
harus dengan insulin.
o
Hati-hati bila diberikan pada orang yang
lanjut usia.
EfekSamping: Kadang-kadang terjadi gangguan saluran
cerna seperti: mual, muntah dannyeri epigastrik. Sakit kepala, demam, reaksi alergi
pada kulit.
Interaksi Obat:
Interaksi Obat:
o
Efek hipoglikemia ditingkatkan oleh alkohol,
siklofosfamid, antikoagulan kumarina, inhibitor MAO, fenilbutazon, penghambat
beta adrenergik, sulfonamida.
o
Efek hipoglikemia diturunkan oleh adrenalin,
kortikosteroid, tiazida.
Obat diabetes (Antidiabetik) adalah penyakit yang
ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus menerus
dan bervariasi,terutama setelah maka. Diabetes mellitus merupakan kelainan
metabolisme yang kronis dan terjadi karena defisiensi insulin atau resistensi
insulin. DM adalah keadaan dimana tubuh tidak menghasilkan atau memakai insulin
sebagaimana mestinya.
Obat antidiabet yaitu :Insulin, antidiabetik oral : golongan
sulfonilurea : glibenklamid, gliburid.
Sulfonilurea merupakan jenis obat diabetes melitus, obat
in berfungsi untuk merangsang sel beta pankreas untuk memproduksi lebih banyak
hormon insulin. Obat ini hanya bermanfaat jika dikomsumsi oleh penderita DM
yang tidak mengalami kerusakan pankreas.
Mekanisme kerjanya yaitu merangsang sekresi insulin dari
sel beta pangkreas yang menyebabkan depolarisasi membran dan membuka kanal
kalium. Obat yang termasuk kelompok sulfonilurea adalah glibenklamik, biguanid,
acarbose
Biguanid memiliki fungsi untuk merangsang sel-sel didalam
tubuh agar lebih peka terhadap insulin. Karena fungsinya yang dapat
meningkatkan sensitifitas insulin didalam tubuh, maka obat ini sering digunakan
oleh penderita DM.
Efek sampingnya yaitu menyebabkan gangguan saluran cerna,
perubahan pembentukan darah, kerusakan berat ginjal atau hati. Oleh sebab itu,
lebih disarankan untuk meminum obat ini dengan dosis rendah setelah makan jika
anda belum pernah meminumnya. Selain itu, obat ini juga sangat tidak disarankan
untuk diminum oleh wanita hamil atau menyusui.
Acarbose adalah jenis obat diabetes yang penggunaannya
baik dikombinasikan dengan obat jenis sulfonilurea. Fungsi dari obat jenis
acarbose adalah untuk memperlambat proses perubahan karbohidrat menjadi glukosa
didalam tubuh. Obat jenis ini sangat disarankan digunakan oleh penderita
diabetes yang memiliki kadar gula darah 180 mg/dl dalam keadaan puasa dan juga
yang sering memakan makanan berkarbohidrat tinggi. Namun demikian, obat jenis
acarbose ini tidak dianjurkan untuk dikomsumsi oleh orang yang berumur kurang
dari 18 tahun.
Insulin obat jenis ini memang sudah tidak asing lagi
karena obat jenis ini sangat sering digunakan oleh penderita DM tipe 1.
Penderita DM tipe 1 memiliki masalah kekurangan hormon insulin sehingga
membutuhkan tambahan hormon unsulin buatan. Insulin buatan bisa disuntikkan
dibagian dinding perut, paha maupun lengan atas.
Mekanisme kerja insulin merupakan hormon anabolik dan
antikatabolik. Insulin berperan dalam metabolisme protein, karbohidrat, dan
lemak. Insulin yang diproduksi secara endogen dipecah dari peptida proinsulin
yang lebih besar di sel beta pankreas ke peptida aktif dari insulin dan
peptida-c,yang dapat digunakan sebagai tanda dari produksi insulin endogen.
BAB
V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Mencit
yang telah diberikan obat glibenklamid mengalami penurunan gula darah dan efek
obat dari glibenklamidterabsorpsi sempurna didalam tubuh mencit (Musmusculus).
V.2
Saran
Saran
untuk laboratorium sebaiknya alat-alat di laboratorium dilengkapi.
DAFTAR
PUSTAKA
Dirjen POM,1979.Farmakope Indonesia
Edisi ketiga. Depkes RI ; Jakarta (P: 96,97 dan 268)
Gunawan, Sulistia G,
2012. Farmakologi dan Terapi. UI ;
Jakarta
Harvey,
Richard.A. 2016. Farmakologi Ulasan
Bergambar Edisi 4.EGC; Jakarta (P: 34)
Katzung, Bertram Dkk.
2016. Farmakologi Dasar Dan Klinik Edisi 12. EGC;
Jakarta (P: 7)
Kamienski, Mary.
2015. Farmakologi. Rapha Publishing;
Yogyakarta (P: 39 dan 220)
Mutschler,Ernst.
1999. Dinamika Obat Edisi kelima. ITB; Bandung (P:
52)
Malole M.B.M.1989. Penggunaan
Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium.Departemen pendidikan dan kebudayaan
; Bogor
Nugroho, Agung Endro.
2014. Farmakologi Obat-obat Penting dalam
Pemebelajaran Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan. Pustaka Pelajar;
Yogyakarta (P: 4)
Priyanto Dkk. 2010. Farmakologi Dasar. Leskonfi;Jabar (P: 41)
Sukandar, ElinYulina,
2013. ISO Farmakoterapi. ISFI ; Jakarta Barat
Schmitz, Gery, 2016. Farmakologi dan Toksikologi. Buku
kedokteran ; Jakarta
Tjoay, Tan Hoan.
2016. Obat-Obat Penting Edisi keenam. Media Komputindo;
Jakarta
Tim Dosen Farmakologi,2017. Penuntun
Farmakologi Dasar. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Kebangsaan Makassar ;
Makassar ( P: 20)
Theodorus.2014. Penuntun Praktis Peresepan
Obat. EGC ; Jakarta (P: 101)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar