BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Vitamin,
Mineral dan Air merupakan bagian dari komponen-komponen yang di butuhkan oleh
tubuh manusia. Namun, pada saat ini banyak sekali masyarakat mengabaikan
komponen–komponen tersebut. Vitamin, mineral dan air adalah komponen yang tidak
dapat dibuat oleh tubuh manusia seutuhnya, bahkan mineral tidak dapat dibuat
oleh tubuh sehingga mineral hanya dapat diperoleh tubuh melalui makanan yang
kita konsumsi. Sehingga kesadaran tentang pentingnya vitamin, mineral dan air
sangat penting di kembangkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Sistem kekebalan atau sistem imun
adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel
dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus,
serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika
sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu,
dapat berkembang dalam tubuh.
Cara hidup yang menginginkan semua
serba praktis dan tidak merepotkan yang sering kali membuat masyarakat
melupakan kesehatan, asupan gizi yang bagus. Bahkan hampir seluruh masyarakat
Indonesia gemar mengkonsumsi makanan instant yang mungkin di mata mereka lebih
simple. tapi dengan semakin sering dan semakin banyak mereka mengkonsumsi
makanan sejenis itu berarti mereka juga melupakan pentingnya vitamin, mineral
dan air yang mungkin hanya sedikit saja terkandung dalam makanan instant atau
cepat saji tersebut. Bahkan, tak jarang makanan tersebut sama sekali tidak
mengandung vitamin, mineral dan air dan tak jarang pula makanan istant atau
cepat saji banyak mengandung pengawet makanan, pemanis buatan bahkan bagi produsen
yang kurang mereka tidak segan menggunakan pewarna tekstil, yang dapat merusak
organ-organ dalam tubuh, bahkan untuk balita dapat mengalami kelainan kecerdasan
misalnya hiperaktiv dan masih banyak lagi yang lainnya.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud vitamin dan mineral ?
2. Apa
saja jenis-jenis vitamin dan mineral beserta fungsinya ?
3. Apa
saja dampak dari kekurangan vitamin dan mineral ?
4. Apa
saja golongan dari obat vitamin dan mineral ?
5. Apa
yang dimaksud sistem kekebalan tubuh ?
6. Apa
saja komponen, mekanisme dan gangguan pada sistem kekebalan tubuh ?
I.3 Tujuan Makalah
1. Mengetahui
yang dimaksud vitamin dan mineral.
2. Mengetahui
jenis-jenis vitamin dan mineral beserta fungsinya.
3. Mengetahui
dampak dari kekurangan vitamin dan mineral.
4. Mengetahui
golongan dari obat vitamin dan mineral.
5. Mengetahui
yang dimaksud sistem kekebalan tubuh.
6. Mengetahui
komponen, mekanisme dan gangguan pada sistem kekebalan tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian
Vitamin dan Mineral
II.1.1 Vitamin
Vitamin (bahasa
Inggris; vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa
organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam
metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Vitamin
merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses
metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat
oleh tubuh manusia dalam jumlah yang sangat cukup, oleh karena itu harus
diperoleh dari bahan panganan yang dikonsumsi (Rhina Abdullah; 2011).
Kata Vitamin berasal dari kata vital
yang artinya hidup, dan amin yang artinya senyawa yang mengandung gugus N. Dari
berbagai hasil penelitian, tidak semua vitamin mengandung gugus N. Jadi, kata
vitamin sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi yang sebenarnya, tetapi sampai
saat ini masih tetap saja dipakai. Vitamin adalah senyawa organik kompleks yang
esensial untuk pertumbuhan dan fungsi biologis yang lain bagi makhluk hidup.
Vitamin tidak disintesis dalam tubuh, kecuali Vitamin K. Oleh karena itu, makanan
yang dikonsumsi harus ada yang mengandung Vitamin. Jika tubuh kekurangan
vitamin akan mengakibatkan penyakit defiensi atau avitamiosis (Abdul Hadi; 2013).
Vitamin adalah suatu zat senyawa
kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. Vitamin berfungsi untuk
mengatur metabolisme tubuh. Setiap vitamin memiliki peranan dan fungsinya
masing-masing. Tanpa vitamin, manusia tidak akan dapat melakukan aktivitasnya.
Namun perlu diperhatikan agar tidak mengkonsumsi vitamin lebih atau kurang dari
yang dibutuhkan tubuh. Jika kelebihan, maka akan mengakibatkan perubahan pada
bagian-bagian tubuh, tergantung dari vitamin yang dikonsumsi tersebut (Jupri
Malino; 2013).
Terdapat 13 jenis vitamin yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin
tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin,
asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat). Walau memiliki
peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D dan vitamin
K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Oleh karena itu, tubuh memerlukan asupan
vitamin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Buah-buahan dan sayuran terkenal
memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan hal tersebut sangatlah baik untuk
tubuh. Asupan vitamin lain dapat diperoleh melalui suplemen makanan. Vitamin
memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat
kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu
penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika
kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu
karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan
ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Contohnya adalah bila kita kekurangan
vitamin A maka kita akan mengalami kerabunan. Disamping itu, asupan vitamin juga
tidak boleh berlebihan karena dapatvmenyebabkan gangguan metabolisme pada
tubuh.
II.1.2 Mineral
Mineral adalah senyawa alami yang
terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan
komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi
unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan
ribuan bentuk yang diketahui (senyawa anorganik biasanya tidak termasuk)
(Wikipedia Bahasa Indonesia; 2013).
Pada tahun 1995 the International Mineralogical Association telah mengajukan
definisi baru tentang definisi material: Mineral adalah suatu unsur atau senyawa
yang dalam keadaan normalnya memiliki unsur Kristal dan terbentuk dari hasil
proses geologi. Klasif ikasi modern telah mengikut sertakan kelas organik ke dalam
daftar mineral, seperti skema klasifikasi yang diajukan oleh Dana dan Strunz
(Dodi; 2012).
II.2 Jenis-Jenis
Vitamin dan Mineral Beserta Fungsinya
II.2.1 Vitamin
II.2.1.1 Vitamin
Larut Air
Vitamin yang larut dalam air adalah
Vitamin B dan C.
1. Vitamin B1 (aneurin atau tiamin) = antineuritik
Vitamin B1 sering disebut
antiberi-beri, dalam keadaan normal, setiap hari tubuh memerlukan 1-2 mg
Vitamin B1.
Fungsi Vitamin B1 yaitu:
a. Sebagai koenzim
dari enzim yang diperlukan dari enzim yang diperlukan dalam metabolisme karbohidrat.
b. Untuk mempengaruhi keseimbangan air
di dalam tubuh.
c. Untuk mempengaruhi penyerapan zat
lemak oleh jonjot usus
d. Memelihara nafsu makan yang sehat dan
pencernaan fungsinya.
Bahan makanan yang mengandung vitamin B1 adalah hati, jantung,
ginjal, otak, susu, kuning telur, kulit ari beras, gandum, wortel biji buah
polong dan ragi.
2.
Vitamin
B2 (Riboflavin atau laktoflavin)
Fungsi vitamin B2 adalah
:
a. Untuk
memindahkan rangsangan sinar ke saraf mata
b. Sebagai
enzim pada proses oksidasi di dalam sel
c. Memelihara
jaringan kulit sekitar mulut
d. Memelihara
nafsu makan dan fungsi saraf
e. Menghasilkan
energi dalam sel
Sumber vitamin B2 banyak
ditemukan pada sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning telur, dan susu.
3.
Vitamin
B3 Niasin (asam nikotinat atau antipelagra)
Fungsi
asam nikotin adalah untuk
- Pertumbuhan dan perbanyakan sel
- Perombakan karbohidrat, lemak dan protein
- Mencegah penyakit pellagra
- Memelihara pencernaan
- Berperan penting sebagai koenzim yang diperlukan oleh semua proses hidup dalam sel.
Vitamin B3 termasuk salah
satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, seperti ragi,
hati, ginjal, daging unggas, dan ikan. Akan tetapi, terdapat beberapa sumber
pangan lainnya yang juga mengandung vitamin ini dalam kadar tinggi, antara lain
gandum dan kentang manis.
4. Vitamin B6 (adermin atau piridoksin)
Vitamin ini banyak terdapat di hati,
ikan, daging dan sayuran. Vitamin ini merupakan bagian dari gugusan prostetik
dan enxim dekarboksilase dan transaminase tertentu.
Fungsi
vitamin ini adalah untuk :
- Pertumbuhan dan pekerjaan urat saraf
- Pembentukan sel-sel darah merah dan sel-sel kulit.
5. Vitamin B5 (Pantetonat)
Vitamin ini berfungsi untuk:
- Bahan pelengkap koenzim A yang penting dalam pembentukan karbohidrat, lemak, dan protein.
- Menjaga tingkat normal gula darah.
Vitamin B5 dapat ditemukan dalam
berbagai jenis variasi makanan hewani, mulai dari daging, susu, ginjal, dan
hati hingga makanan nabati, seperti sayuran hijau dan kacang hijau.
6.
Vitamin
B11 (asam folat)
Vitamin B11
penting untuk pembentukan sel darah merah, antianemia pernisiosa, membentuk
asam nukleat (DNA dan RNA), serta metabolisme kelompok metil. Vitamin ini
banyak terdapat dalam hati, ginjal, sayuran, ragi, biji, gandum, daging sapi,
pisang, lemon, dan polongan.
7. Vitamin B12 (sianokobalamin)
Vitamin ini
juga dikenal sebagai vitamin antianemia pemisiosa. Banyak terdapat dalam hati,
daging, unggas, ikan, telur, susu, keju, udang dan kerang. Vitamin B12 dapat
disimpan didalam hati.
Fungsi
vitamin B12 yaitu untuk :
- Metabolisme sel dalam pertumbuhan
- Metabolisme atau pembentukan sel darah.
8.
Vitamin
C (Asam askorbinat)
Kebutuhan
vitamn C dipengaruhi oleh keadaan, kebutuhan dan umur seseorang. Bila konsumsi
vitamin ini berlebih, selalu akan dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal.
Kebutuhan vitamin C untuk bayi
adalah 30 mg, anak-anak 60 mg dan orang dewasa 75
mg. Ibu hamil memerlukan 100 mg dan ibu menyusui 150 mg tiap harinya.
Fungsi vitamin C adalah :
- Mempengaruhi kerja kelenjar anak ginjal
- Mempengaruhi pembentukan trombosit
- Menjaga gigi melekat kuat pada gusi
- Berperan dalam proses pembentukan kolagen.
Vitamin C banyak terdapat dalam sayuran,
buah-buahan, hati, dan ginjal. Di dalam jeruk, selain mengandung vitamin C,
juga mengandung sitrin dan rutin. Oleh San Gyorgy zat ini sering
disebut vitamin p yang penting untuk mencegah pendaran dan memperkuat
permeabilitas. Vitamin C termasuk jenis vitamin C termasuk jenis vitamn yang
mudah larut dan rusak oleh pemanasan. Oleh karena itu, dalam memasak
sayur-sayuran perlu memperhatikan sifat vitamin ini.
II.2.1.2 Vitamin
Larut Lemak
Vitamin-vitamin di bawah ini adalah
vitamin yang tidak dapat larut dalam air, tetapi dapat larut dalam lemak.
Vitamin yang dapat larut dalam lemak adalah vitamin A,D,E Dan K. Vitamin ini
umumnya dapat disimpan dalam tubuh.
1.
Vitamin
A (aseroftol)
Fungsi vitamin A di dalam tubuh
adalah:
- Untuk pertumbuhan sel-sel apitel
- Sebagai bahan yang diperlukan dalam proses penerimaan rangsangan cahaya oleh sel-sel basilus pada retina waktu senja.
Sumber vitamin A adalah minyak, ikan,
hati, mentega, serta tumbuhan yang berwarna hijau dan kuning. Tumbuhan berwarna
kuning banyak mengandung karotin yang
merupakan provitamin A. Di dalam hati
karotin akan diubah menjadi vitamin A.
2.
Vitamin
D
Vitamin D
ditemukan Mc.Collum, Hezs, dan Sherman. Mereka menyebutnya dengan vitamin
antirakitis. Sekarang telah ditemukan ada empat macam vitamin D, yaitu vitamin
D1 (ergostein), D2 (Kalsiferol), D3 dan
D4. Vitamin D3 adalah yang paling efektif.
Fungsi
vitamin D di dalam tubuh adalah untuk :
- Mengatur kadar zat kapur dan fosfor di dalam darah bersama kelenjar anak gondok (parathormon)
- Memperbesar penyerapan zat kapur dan fosfor dalam usus.
- Mempengaruhi kerja kelenjar endokrin
- Mempengaruhi proses osifikasi
Sumber vitamin D adalah minyak ikan, mentega, kuning
telur, susu, dan ragi.
3.
Vitamin
E (tokoferol)
Penemu
vitamin E adalah Evans dan Burr. Kita mengenal ada tiga macam vitamin E yaitu :
vitamin E1 (alfa tokoferol), vitamin E2 (beta tokoferol), dan vitamin E3 (gama
tokoferol).
Fungsi
vitamin E didalam tubuh adalah untuk :
- Membantu proses pembelahan sel
- Mencegah pendarahan pada ibu yang sedang hamil, serta dapat mencegah keguguran.
Vitamin E banyak terdapat pada susu,
lemak, daging, kecambah kacang hijau (tauge), hati ginjal, dan kuning telur.
4.
Vitamin
K
Vitamin K
ini ditemukan oleh Dam dan Schondeyder. Vitamin ini sering disebut
antihemoragia atau anti pendarahan. Vitamin K dapat dibentuk oleh tubuh sendiri
dengan bantuan bakteri usus besar, Escherichia.
Fungsi
vitamin K adalah membentuk protrombin di dalam hati. Zat ini penting dalam
proses pembekuan darah.
II.2.2 Mineral
Secara umum, mineral terbagi menjadi 2
macam, yaitu makro mineral dan mikro mineral.
II.2.2.1
Mineral Makro
Makro
mineral adalah mineral yang ada di dalam tubuh lebih dari 0,01% dari berat
badan dan dibutuhkan oleh tubuh dalam
jumlah lebih dari 100 mg/hari seperti Ca (kalsium), p (fosfor), Na (natrium), K
(kalium), Cl (klorida), Dan S (Sulfur).
1.
Kalsium
(Ca)
Kalsium
adalah salah satu mineral penting untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi anda.
Kalsium juga berperan penting untuk proses kontraksi dan relaksasi otot,
pembekuan darah, dan sistem imunitas. Konsumsi 2 gelas susu perhari sudah cukup
untuk memenuhi kebutuhan kalsium anda. Buah dan sayuran yang mengandung kalsium
: sayuran berdaun hijau, seperti kangkung, daun singkong, bayam, daun pepaya,
daun kacang panjang, brokoli.
2. Fosfor (P)
Fosfor juga
bertanggung jawab terhadap proses mineralisasi tulang dan gigi. Selain itu,
fosfor juga mengatur keseimbangan pH darah anda.kekurangan mineral ini menyebabkan
otot anda terasa lebih lemah sedangkan jika terlalu lebih, menyebabkan
terjadinya proses klsifikasi (pengerasan) pada organ-organ tubuh yang tidak
seharusnya seperti ginjal, daging, ikan unggas, telur, dan susu merupakan
fosfor yang utama.
3. Natrium atau sodium (Na)
Fungsi
utama natrium yaitu menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, serta menjaga dan
mengatur tekanan osmotik agar cairan tidak keluar dari darah dan masuk ke dalam
sel. Dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh, natrium bekerja sama dengan
kalium. Natrium juga berperan dalam transmisi sara, kontraksi otot, absorpsi
glukosa, dan sebagai alat angkut zat-zat gizi melalui membran sel.
4. kalium atau Potasium (K)
bersama-sama dengan natrium, kalium memegang peranan penting dalam
pemeliharaan keseimbangan cairan dan eletrolit serta kesimbangan asam-basa
didalam tubuh. Kalium juga berperan dalam transmisi saraf dan rekasasi otot
serta sebagai katalisator dalam banyak reaksi biologik, terutama dalam
metabolisme energi, sintesis glikogen, dan protein. Buah dan sayuran yang
mengandung kalium : jeruk, semangka, pisang, sayuran hijau, tomat, kentang,
kacang polong, dan wortel.
5.
Sulfur
(S)
Fungsi
sulfur antara lain membantu menjaga keseimbangan oksigen untuk fungsi otak.
Selain itu sulfur bersama-sama dengan vitamin B kompleks membantu memperlancar
metabolisme dalam tubuh dan membantu melawan infeksi akibat bakteri. Buah dan
sayuran yang mengandung sulfur : kacang-kacangan, bawang putih, bawang bomba,
dan kubis-kubisan.
II.2.2.2
Mineral Mikro
Mineral mikro terdapat dalam tubuh kurang dari 0,01% berat tubuh dan
hanya dibutuhkan dalam jumlah kurang dari 100 mg/hari seperti besi (Fe), iodium (I), seng
(Zn), Se (selenium), mangan (Mn), kromium
(Cr), dan Molibdenum (Mo).
Masing-masing mineral memiliki fungsi
yang penting untuk tubuh. Berikut ini macam-macam mineral yang penting dan
fungsinya di dalam tubuh anda.
1.
Zat
besi (Fe)
Zat besi
berperan dalam pusat pengaturan molekul hemoglobin sel-sel darah merah.
Hemoglobin bertanggung jawab dalam pendistribusian oksigen dari paru-paru
keseluruh jaringan tubuh. Zat besi berperan dalam metabolisme energi, termasuk
sintesis DNA oleh beberapa enzim, serta dalam sistem kekebalan tubuh. Buah dan sayuran yang mengandung zat
besi : sayuran hijau seperti bayam, kangkung, daun singkong, dan pepaya.
2.
Iodium
(I)
Fungsi
iodium adalah untuk pertumbuhan normal; membakar kelebihan lemak tubuh; serta
menjaga kesehatan rambut, kulit, kuku dan gigi.
Buah dan
sayuran yang mengandug iodium : bawang merah atau tanaman lain yang ditanam di
daerah dekat pantai.
3.
Seng
(Zn)
Seng
berperan dalam proses kekebalan tubuh, memelihara kesehatan mata, menghambat
virus, mengurangi risiko kanker, menjaga kesehatan organ vital laki-laki, dan
mempercepat proses penyebuhan luka.
Buah dan
sayuran yang mengandung seng : kcang-kacangan, biji-bijian, legum, dan gandum.
4.
Selenium
(Se)
Selenium
bekerja sama dengan vitamin E berperan sebagai antioksidan dalam sistem enzim.
Di samping, selenium juga berperan mencegah terjadinya serangan radikal bebas, melindungi membran dari kerusakan
oksidatif, membantu reaksi oksigen dn hodrogen pada tahap akhir rantai
metabolisme, serta membantu sintesi immunoglobulin sebagai kekebalan tubuh.
Buah dan sayuran yang mengandung selenium : bawang, tomat, brokoli, kubis dan
gandum.
5. Mangan (Mn)
Mangan berperan sebagai kofaktur
berbagai enzim yang membantu bermacam proses metabolisme. Enzim yang berkaitan
dengan mangan berperan dalam sintesis ureum, pembentukan jaringan ikat dan
tulang, serta mencegah peroksidasi lemak oleh radikal bebas. Mangan juga
berperan dalam pengontrolan gula darah, metabolisme energi, fungsi hormon
tiroid, fungsi otak, dan pengontrolan neurotransmiter. Buah dan sayuran
mengandung mangan : kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, dan gandum.
6.
Kromium
(Cr)
Kromium
dibutuhkan dalam metabolisme karbohidrat dan lemak. Bersama-sama dengan
insulin, kromium berfungsi untuk memudahkan masuknya glukosa ke dalam sel. Buah
dan sayuran yang mengandung kromium : kentang, cabai hijau, apel, pisang,
bayam, wortel dan jeruk.
7.
Molibbdenum (Mo)
Molibdenum
bekerja sebagai kofaktor berbagai enzim, mengkatalis reaksi oksidasi-reduksi,
penawar racun alkholm metabolisme sulfur, dan mencegah anemia. Buah dan sayuran
yang mengandung molibdenum : kembang kol, kacang polog, bayam, bawang putih,
jagung kentang, bawang bombay, kacang tanah, semangka, wortel dan kubis.
II.3 Akibat
Kekurangan dan Kelebihan Konsumsi Vitamin dan Mineral
II.3.1
Kekurangan Vitamin
1.
Vitamin
A
Penyakit
yang ditimbulkan vitamin A yaitu
keratomalasia, kulit pucat, kering rebun senja, katarak, infeksi saluran pernapasan,
menurunnya daya tahan tubuh, kulit yang tidak seha, dan lai-lain.
2.
Vitamin
B1
Penyakit
yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin
B1 yaitu kulit kering/kusik/busik, kulit bersisik, daya dan tubuh
berkurang.
3.
Vitamin
B2
Penyakit
yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B2 yaitu turunnya daya tahan tubuh,
kulit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, sariawan, dan
sebagainnya.
4.
Vitamin
B3
Penyakit
yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B3 yaitu terganggunya sistem
pencernaan, otot mudah keram dan kejang, insomnia, badan lemas, mudah mentah
dan mual-mual.
5.
Vitamin
B5
Penyakit
yang ditimbulkan akibt kekurangan vitamin B5 yaitu otot mudah menjadi kram,
sulit tidur, kulit pecah-pecah dan bersisik dan lain-lain.
6.
Vitamin
B6
Penyakit
yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B6 yaitu pelagra alias kulit
pecah-pecah, keram pada otot, insomnia, dan sulit tidur, dan banyak lainnya.
7.
Vitamin
B12
Penyakit
yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B12 yaitu kurang darah atau anemia,
gampang capek/lelah/lesu/lemes/lemas, penyakit pada kulit, dan sebagainya.
8.
Vitamin
C
Penyakit
yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin C yaitu sistem imun kurang,
sariawan, kurangnya daya pikir, mudah infeksi pada luka, gusi berdarah, rasa
nyeri pada persendian, dan lain-lain.
9. Vitamin D
Penyakit
yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D yaitu gigi akan lebih mudah rusak,
otak bisa menhgalami kejang-kejang, pertumbuhan tulang tidak normal yang
biasannya betis kaki akan membentuk huruf O atau X.
10.
Vitamin
E
Penyakit
yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin E yaitu bisa mandul baik pria maupun
wanita, gangguan syaraf dan otot, dan lain-lain.
11.
Vitamin
K
Penyakit
yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin K yaitu darah sulit membeku bila
terluka/berdarah/luka/pendarahan, pendarahan di dalam tubuh, dan sebagainnya.
II.3.2 Kelebihan Vitamin
1.
Vitamin
A
Akibat dari
kelebihan mengkonsumsi vitamin A yaitu keracunan hati, kulit kering, rambut
rontok, efek teratologikal, osteoporosis (suspected, long-term).
2.
Vitamin
B1
Pemakaian
thiamin yang melebihi normal mempengaruhi sistem saraf. Hal ini karena reaksi
hipersensitif yang dapat berpengaruh pada kelelahan, sakit kepala, sifat lekas
marah, dan susah tidur. Sistem darah dapat terpengaruh, karena denyut nadi
menjadi cepat vitamin B2.
3.
Vitamin
B3
Akibat dari
kelebihan mengkonsumsi vitamin B3 yaitu niasin dalam jumlah yang besar menjadi
racun pada sistem syaraf, lemak darah dan gula darah. Gejala-gejala seperti
muntah, lidah membengkak dan pingsan dapat terjadi. Lebih lanjut, hal ini dapat
berpengaruh pada fungsi hati dan dapat mengakibatkan tekanan darah rendah,
pusing, mual, ataksia, neuropati perifer. Sedangkan untuk vitamin B12 tidak ada
gejala keracunan yang berhubungan dengan vitmin B12.
4.
Vitamin
C
Gejala
keracunan vitamin C adalah mual, kejang perut, diare, sakit kepala, kelelahan
dan susah tidur. Hal ini juga dapat menggangu tes medis, atau menyebkan buang
air kecil yang berlebih dan membentuk batu ginjal.
5.
Vitamin
D
Jangan
makan vitamin D berlebihan karena dapat merusak ginjal dan hati. Di indonesia
sebenarnya seseorang tidak perlu menambah konsumsi vitamin D karena di
indonesia cukup banyak sinar matahari. Kulit dapat memproduksi vitamin D bila
terkena sinar ultra violet dari matahari.
6.
Vitamin
E
Akibat dari
kelebihan mengkonsumsi vitamin E yaitu bila dikonsumsi dalam dosis tinggi,
vitamin ini diduga dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru.
II.3.3 Kekurangan Mineral
1. Kekurangan
kalsium menyebabkan gangguan pertumbuhan, tulang karang kuat, tetani atau
kejang otot, dan lambatnya pembekuan darah bila terjadi luka.
2. Kekurangan
phospor menyebabkan kerusakan pada tulang dan gejla rasa lelah dan kurang nafsu
makan.
3. Kekurangan
natrium mengakibatkan kebingungan, koma
4. Kekurangan
zat besi berakibat dapat merusak perkembangan otak serta meningkatkan kematian
ibu dan anak.
5. Kekurangan
seng mengakibatkan pertumbuhan yang lambat, tertundanya kematangan seksual,
berkurangnya sensasi rasa.
6. Kekurangan
klorida mengakibatkan gangguan keseimbangan asam-basa.
7. Kekurangan
selenium mengakibatkan nyeri otot dan kelemahan.
8. Kekurangan
iodium mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid, tuli-bisu, pertumbahan janin
dan perkembangan otak yang abnormal.
9. Kekurangan
kalium menyebabkan diare kronis, muntah pada penggunaan obat pencahar,
deuretik..
II.4 Golongan Obat Vitamin dan Mineral
II.4.1
Golongan Obat Vitamin
a.
Thiamin
Gejala kekurangan
Beri-beri
dapat terjadi karena kekurangan thiamin dalam jangka panjang. Penyakit ini
ditemukan pertama kali di timur jauh saat pembuatan beras ‘poles’ (polish rice)
tersebar luas. Beras yang di poles mengakibatkan pembuatan kulit yang kaya akan
thiamin. Beri-beri dapat merusak sistem syaraf dan keracunan otat. Gejala
kekurangan yang lain adalah irama jantung yang tidak normal, gagal jantung,
kelelahan, susah berjalan, kebingungan dan kelumpuhan.
Keracunan
Pemakaian
thiamin yang melebihi normal berpengaruhi sistem syaraf. Hal ini karena reaksi
hipersensitif yang dapat berpengaruh pada kelelahan, sakit kepala, sifat lekas
marah dan susah tidur. Sistem darah dapat terpengaruh, karena denyut nadi
menjadi cepat.
Perhatian : dapat terjadi syok
anafilaktik pada pemberian tiamin injeksi. Tidak aman bagi ibu menyusui.
Dosis :
- Defisiensi kronik ringan: 10-25 mg perhari per oral
- Defisiensi kronik berat: 200-300 mg per hari per oral
- Koma/delirium akibat alkohol atau obat opioid dan barbiturat : infus intervena selama 30 menit.
Sediaan : tablet tiamin hidroklorida
50 mg dan 100 mg, tablet vitamin B kompleks, injeksi intramuscular potensi
tinggi (pabrinex im: isi vitamin C 500 mg, nicotinamide 160 mg, pyridoxine HCl
50 mg, riboflavin 4 mg, tiamin HCl 25 mg/7 mL), injeksi intervena potensi
tinggi (Pabrinex iv: isi vitamin C 500 mg, glukosa anhidrosa 1 g, nicotinamide
160 mg, pyridoxine HCl 50 mg, riboflavin 4 mg, tiamin HCl 250 mg/10 mL).
b.
Vitamin
B2 (Riboflavin)
Gejala kekurangan
Tidak ada
penyakit yang berhubungan dengan kekurangan riboflavin. Kekurangan riboflavin
dapat menyebabkan gejala seperti iritasi, kulit merah dan keretakan kulit dekat
dengan sudut mata dan bibir seperti halnya sensitivitas yang berlebihan
terhadap sinar (photophobia). Hal ini dapat juga menyebabkan keretakkan pada
sudut mulut (cheilosis).
Dosis :
a. Terapi
defisiensi vitamin B2, per oral : dosis dewasa dan anak hingga
30 mg sehari.
b. Pencegahan
defisiensi vitamin B2, per oral : dosis dewasa dan anak 1-2 mg per hari.
Sediaan :
tablet 5 mg, tablet vitamin B kompleks
c.
Vitamin
B3 (Niacin)
Gejala kekurangan
Pellagra (penyakit kekurangan niacin),
menunjukkan gejala seperti dermatitis, diare dan dementia. Hal ini meluas di
bagian selatan US pada awal 1900. Gejala kekurangan niacin lainnya adalah
kehilangan nafsu makan, lemah, pusing dan kebingungan mental. Kulit dapat
menunjukkan gejala dermatitis simetrik bilateral, khususnya pada daerah yang
terkena sinar matahari langsung.
Keracunan
Niasin
dalam jumlah yang besar dapat menjadi racun pada sistem syaraf, lemak darah dan
gula darah. Gejala-gejala seperti muntah, lidah membengkak dan pingsan dapat
terjadi. Lebih lanjut, hal ini dapat berpangaruh pada fungsi hati dan dapat
mengakibatkan tekanan darah rendah.
d.
Vitamin
B5 (asam pantotenat)
Gejala kekurangan
Gejala
kekurangan jarang terjadi, tapi seperti halnya vitamin B1 dan B2, defisiensi vitamin
B5 dapat menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik. Selain itu, gangguan lain
yang akan diderita adalah keram otot serta insomnia.
Keracunan
Gejala
keracunan kadang-kadang menyebabkan diare dan perut kembung.
e.
Vitamin
B6 (Piridoksin, piridoksal, piridoksain)
Gejala kekurangan
Orang yang
mempunyai kadar vitamin B6 rendah, menunjukkan gejala seperti lemah, sifat
lekas marah dan susah tidur. Selanjutnya gejala kegagalan pertumbuhan,
kerusakan fungsi motorik dan sawan.
Keracunan
Dosis
tinggi vitamin B6 dalam waktu yang lama menyebabkan kerusakan syaraf, yang
kadang-kadang tidak dapat diperbaiki. Hal ini dimulai dengan mati rasa pada
kaki; selanjutnya, perasaan hilang pada tangan dan mulut yang mungkin terjadi
mati rasa. Kemudian gejala keracunan adalah kesulitan berjalan, kelelahan dan
sakit kepala. Ketika konsumsi dikurangi, gejala-gejala ini berkurang, tetapi
tidak selalu hilang sepenuhnya.
Indikasi : defisiensi vitamin B6,
neuropati pada penggunaan isoniazid dalam terapi TB, anemia sideroblastik yang
belum diketahui penyebabnya, sindrom premenstrual.
Dosis :
a. Difesiensi
vitamin B6 : 20-50 mg, 3 X sehari
b. Neuropati
akibat isoniazid : 10 mg sehari untuk pencegahan, 50 mg 3X sehari untuk terapi.
c. Anemia
sideroblastik yang belum diketahui penyebabnya : 100-400 mg sehar, dosis
terbagi.
d. Sindrom
premenstrual : 50-100 mg per hari
Sediaan : tablet 10 mg, injeksi
intramuskular dan intervena (lihat tiamin), tablet vitamin B kompleks.
Efek samping : neuropati sensorik (pada
penggunaan jangka panjang dan dosis tinggi).
f. Vitamin B8 (biotin)
Gejala kekurangan
Kekurangan
biotin jarang terjadi, tetapi dapat mencul pada pasien rumah sakit yang
menggunakan infus. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti kehilangan nafsu
makan, mual, depresi, kelemahan da kelelahan. Dosis tambahan biotin diberikan
pada pasien untuk mencegah difisiensi.
g.
Vitamin
B9 (folasin, asam folat, asam pterollglutamat)
Gejala kekurangan
Kekurangan
folat dapat menyebabkan kekurangan darah. Gejalanya bisa meluas, seperti
sel-sel darah merah tidak matang, yang menunjukkan sintesis DNA yang lambat.
Hal ini disebabkan tidak hanya oleh kekurangan folat adalah rasa panas pada
jantung (heartburn), diare dan sering terkena infeksi karena penekanan pada
sistem kekebalan. Hal ini mempengaruhi sistem syaraf, menyebabkan depresi,
kebingungan mental, kelelahan dan pingsan.
Keracunan
Gejala
keracunan adalah diare, susah tidur dan sifat mudah marah. Folat dengan dosis
tinggi dapat menutupi kekurangan vitamin B12, karena kedua vitamin ini berhubungan.
h.
Vitamin
B12 (Kobalamin)
Gejala kekurangan
Kekurangan vitamin B12 dapat
menyebabkan kekurangan darah (anemia) yang sebenarnya disebabkan oleh
kekurangan folat. Tanpa vitamin B 12, folat tidak dapat berperan dalam
pembentukan sel-sel darah merah. Gejala kekurangan lainnya adalah sel-sel darah
merah menjadi belum matang immature, yang menunjukkan sintesis yang lambat. Kekurangan vitamin B12 dapat
juga mempengaruhi sistem syaraf, berperan pada regenerasi syaraf peripheral,
mendorong kelumpuhan. Selain itu juga dapat menyebabkan hipersensitif pada
kulit.
Indikasi : anemia
megaloblastik, pasca pembedahan, lambung total dan pemotongan usus, defisiensi
vitamin B12.
Farmakokinetik
Absorpsi
Sianokobalamin
diabsorpsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan SK. Sadar dalam plasma
mencapai puncak dalam waktu 1 jam setelah suntikan IM. Didroksokobalamin
dankoenzim B12 lebih lambat diabsorpsi, agaknya karena ikatanya yang lebih kuat
dengan protein. Absorpsi per oral berlangsung lambat di ileum kadar puncak di
capai 8-12 jam setelah pemnerian 8 mg. Absorpsi ini berlangsung dengan mekanisme yaitu dengan perantaraan faktor
instrinsik dan absorpsi secara langsung.
Distribusi
Setelah di absorpsi, hampir semua
vitamin B12 dalam darah terikat dengan protein plasma sebagian besar terikat
pada beta-globulin (transkobalamin II) Sisanya terikat pada alfa-glikoprotein
(transkobalamin I) dan inter-alfa-glikoprotein
transkobalamin III vitamin B12 yang terikat pada transkobalamin II akan
di angkut ke berbagai jaringan, terutam hati yang merupakan gudang utama
penyimpanan vitamin B12 (50-90) Kadar normal vitamin B12 dalam plasma adalah
g/ml dengan simpanan sebanyak 1-10 mg
dalam hepar.
Metabolisme
& Ekresi
Baik sianokobalamin maupun
hidrosokobalamin dalam jaringan dan darah terikat oleh protein. Seperti halnya
koenenzim B12, ikatan dengan hidroksokobalamin lebih kuat sehinggasukar
diekskresi melalui urin. Di dalam hati ke dua kobalamin tersebut akan di ubah
menjadi koezim B12. Jumlah kobalamin
dalam tubuh di sebabkan oleh ekskresi melalui saluran empedu sebanyak 3-7
sehari harus di reabsorbsi dengan perantaraan FIC. Ekskresi bersama urin hanya
terjadi pada bentuk yang tidak terikat pritein (vitamin) akan diretensi dalam
tubuh bila di berikan dalam dosis sampai; <mg4 dengan dosis yang lebih
bersar, jumlah yang diekskresi akan lebih banyak . Jadi bila kapasitas ikatan
protein dari hati, jaringan dan darah lebih jenuh, vitamin B12 bebas akan di
keluarkan bersama urin sehingga tidak ada gunanya memberikan vitamin B12 dalam
jumlah yang terlalu besar. Vitamin B12 dapat menembus sacara urin dan masuk ke
dalam sirkulasi bayi. Dosis sianokobalamin untuk pasien anemia permisiosa tergantung
dari berat anemianya, ada tidaknya komplikasi dan respons terhadap pengobatan.
Secara garis besar cara penggunaannya dibagi atas terapi awal yang intensif dan
terapi penunjang.
Dosis:
· Per oral untuk defisiensi B12 karena faktor
asupan makanan: dewasa 50-150 mikrogram atau lebih anak 50-105 mikrogram sehari
1-3 sehari .
• Injeksi intramuscular 5 dosis awal 7
mg, diulang 7 dengan interval 0-8 hari. Dosis rumatan 7 mg per bulan.
Sediaan:
tablet 50 mikrogram liqid 35 microgram 5 ml ijeksi 1 mg /ml
i.
Vitamin
C
Gejala kekurangan
Gejala awal
kekurangan vitamin dan adalah pendarahan disekitar gigi dan merusak pembuluh darah di bawah kulit, menghasilkan pinpoint haemorrhages. kekurangan banyak
vitamin C berakibat
pada sistem syaraf dan ketegangan otot. Dalam hal ini dapat menyebabkan
kerusakan otot seperti juga rasa nyeri, gangguan syaraf dan depresi. Gejala
selanjutnya adalah anemia, sering terkena infeksi, kulit kasar dan kegagalan
dalam menyembuhkan luka. Ketika seseorang mengkonsumsi sejumlah besar vitamin
dan dalam bentuk suplemen dalam jangka panjang, tubuh menyesuaikannya dengan
menghancurkan dan mengeluarkan kelebihan vitamin dari pada biasanya. Jika
konsumsi kemudian secara tiba-tiba dikurangi, tubuh tidak akan menghentikan
proses ini, sehingga menyebabkan penyakit kudisan.
Keracunan
Gejala
keracunan vitamin & adalah mual, kejang perut, diare, sakit kepala,
kelelahan dan susah tidur. Hal ini juga dapat mengganggu tes medis, atau
menyebabkan buang air kecil yang berlebihan dan membentuk batu ginjal
II.4.2 Golongan Obat Mineral
1. Table
Besi
Zat besi
merupakan mineral yang di perlukan oleh semua sistem biologi di dalam
tubuh.besi merupakan unsur esensial untuk sintesis hemoglobin, sintesis
katekolamin, produksi panasdan sebagai komponen enzim-enzim tertentu yang di
perlukan untuk produksi adenosin trifosfatyang terlibat dalam respirasi sel.
besi di butuhkan untuk produksi hemoglobin (Hb), sehingga defisiensi Fe akan
menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan Hb
yang rendah dan menimbulkan anemia hipokronik mikrositik.
a.
Cara kerja
Distribusi Dalam
Tubuh
Tubuh manusia sehat mengandung 3,5 g Fe
yang hampir seluruhnya dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Kira-kira
70% dari Fe yang terdapat dalam tubuh merupakan Fe fungsional atau esensial,
dan 30% merupakan Fe yang nonesensial.
- Farmakokinetik
Absorpsi
Absorpsi Fe melalui saluran cerna
terutama berlangsung di duodenum dan jejenum proksimal makin ke distal
absorpsinya makin berkurang. Bat ini lebih mudah di absorpsi dalam bentuk fero.
Yang ransportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport aktif. Ion
fero yangsudah di absorpsi akan di ubah menjadi ion feri dalam sel mukosa.
Selanjutnya ion feri akan masuk ke dalam plasma dengan perantara transjerin,
atau si ubah menjadi feritin dan di simpandalam sel mukosa usus. Secara umum,
bila cadangan dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi rendah, maka lebih
banyak Fe di ubah menjadi feritin. bila cadangan rendah atau kebutuhanmeningkat,
maka fe yang baru di serap akan segera di angkut dari sel mukosa ke sum-sum
tulanguntuk eritropoesis.
Distribusi
Setelah di absorpsi, fe dalam tubuh
akan di ikat dalam trans+erin (siderofilin), suatu beta 1-globulin
glikoprotein, untuk kemudian di angkut ke beberapa jaringan, terutama ke sumsum
tulang dan depot fe
Metabolisme
Bila tidak digunakan untuk
eritropoesis, e meningkat suatu protein yang di sebut apoferitin dan membentuk
feritin. Fe disimpan terutama pada sel mukosa usus halus dan dalam sel-sel
retikuloendotelial (di hati, limpa dan sumsum tulang) dan cadangan ini tersedia
untuk di gunakan oleh sumsum tulang dalam proses eritropoesis 10% di antaranya
terdapat dalam labile pool yang cepat
dapat dikerahkan untuk prose ini, sedangkan sisanya baru di gunakan bila labile
pool telahkosong. Besi yang terdapat dalam parenkim jaringan tidak dapat di
gunakan untuk eritropoesis.
Bila Fe diberikan 10, cepat sekali di ikat oleh
apoferitin (protein yang membentuk
feritin) dan di simpan terutama di dalam hati. Sedangkan setelah
pemberian per oral terutama akan di simpan di limpa dan sumsum tulang. Fe yang
berasal dari pemecahan eritrosit akan masuk kedalam hati dan limpa. Penimbunan
Fe dalam jumlah abnormal tinggi dapat terjadi akibat transfusi darah yang
berulang-ulang atau akibat penggunaan preparat Fe dalam jumlah berlebihan yang
di ikuti absorpsi yang berlebihan pula.
Eksresi
Jumlah Fe yang dieksresi setiap hari
sedikit sekali, biasanya sekitar 0,5-1 mg sehari. Ekskresi terutama berlangsung
melalui sel epitel kulit dan saluran cerna yang terkelupas, selain itu juga
melalui keringat, urin, feses, serta kuku dan rambut yang di potong. Pada
proteinuria jumlah yang di keluarkan dengan urin dapat meningkat bersama dengan
sel yang mengelupas.pada wanita usia subur dengan siklus haid 09 hari. Jumlah
Fe yang diekskresikan sehubungan denganhaid di perkirakan sebanyak 0,5-1 mg
sehari.
- Indikasi
Sediaan Fe hanya diindikasikan untuk
pencegahan dan pengobatan anemia defisiansi fe penggunakan diluar indikasi ini,
cenderung menyebabkan penyakit penimbunan besi dan keracunan besi. Anemia
defisiensi Fe paling sering disebabkan oleh kehilangan darah. Selain itu, dapat
pula terjadi misalnya pada wanita hamil, terutama multipara dan pada masa
pertumbuhan, karena kebutuhan yang meningkat. Banyak anemia yang mirip anemia
defisiensife. Sebagai pegangan untuk diagnostik dalam hal ini ialah, bahwa pada
anemia defisiensi Fe dapat terlihat granula berwarna kuning emas di dalam
sel-sel retikuloendotelial sumsum tulang
- Efek samping
Efek
samping yang paling sering timbul berupa intoleransi terhadap sediaan
oral, dan ini sangat tergantung dari jumlah Fe yang dapat larut dan yang
diabsorpsi pada tiap pemberian gejala yang timbul dapat berupa mual dan nyeri
lambung (7-20) konspirasi (10) diare (5%) dan kolik. Gangguan ini biasanya
ringan dan dapat di kurangi dengan mengurangi dosisatau dengan cara ini
diabsorpsi dapat berkurang. perlu diterangkan kemungkinan timbulnya feses yang
berwarna hitam kepada pasien. Pemberian Fe secara IM dapat menyebabkan reaksi
lokal pada tempat suntikan yaitu berupa rasa sakit, warna coklat pada tempat
suntikan, peradangan lokal dengan pembesaran.
Kelenjar inguinal. Peradangan lokal
lebih sering terjadi pada pemakaian IM dibanding IV, selain itu dapat pula
terjadi reaksi sistemik yaitu pada 0,5-0,8 % kasus. Reaksi yang dapt terjadi
dalam 10 menit setelah suntikan adalah
sakit kepala, nyeri otot dan sendi, hemolisis, takikardia, flushing,
berkeringat, mual, muntah, bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps
sirkulasi, sedangkan reaksi yang lebih sering timbul dalam beberapa jam setelah
suntikan misalnya sinkop, demam, menggigil, rash, urtikaria, nyeri dada, rasa
sakit pada seluruh badan dan ensetalopatia. Reaksi sistemik ini lebih sering
terjadi pada pemberian IV, demikian pula syok atau henti jantung.
- Dosis
Sediaan oral besi dalam bentuk fero
paling mudah diabsorpsi maka preparat besi untuk pemberian oral tersedia dalam bentuk berbagi
garam fero seperti fero sulfat, fero glikonat, dan fero fumarat. ketiga
preparat ini umumnya efektif dan tidak mahal. Tidak ada perbedaan absorpsi diantar
garam-garam Fe ini. jika da, mungkin disebabkan oleh perbedaan
kelarutannyadalam asam lambung. Dalam bentuk garam sitrat, tartrat, karbonat,
pirofosfat, ternyata Fe sukar diabsorpsi demikian pula sebagai garam feri (Fe3).
Yang perlu di angkat untuk meminum
pil atau tablet Fe yaitu:
• Diminum sesudah makan
malam atau menJelang tidur
• HIindari minum dengan air
teh, kopi dan susu karena dapat menganggu proses penyerapan.
• Hendaknya meminum dengan
vitamin C misalnya dengan air jeruk
• Segera minum pil setelah rasa mual, muntah menghilang.
II.5 Penguat Imun
II.5.1
Pengertian Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun
adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel
dan organ khusus pada suatu organisme sehingga tidak mudah terkena penyakit.
Jika sistem imun bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh
terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat
asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem imun melemah, maka kemampuannya
untuk melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk
virus penyebab demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem imun juga
memberikan pengawasan terhadap pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya mekanisme
kerja sistem imun telah dilaporkan dapat meningkatkan resiko terkena beberapa
jenis kanker.
II.5.2
Komponen Sistem Kekebalan Tubuh
Kemampuan sistem imun dalam memberikan
respon pada penyakit tergantung pada interaksi yang komplek antara komponen
sistem imun dan antigen yang merupakan agen-agen patogen atau agen penyebab
penyakit. Antigen merupakan bahan-bahan asing yang masuk ke dalam tubuh.
Jaringan dan organ yang berperang dalam sistem imun berada di bagian seluruh
tubuh. Pada manusia dan mamalia lain, organ-organ pusat sistem imun adalah
sumsum tulang. Komponen-komponen sistem kekebalan tubuh terdiri atas makrofag,
limfosit, reseptor antigen, sel-sel pengangkut antigen, dan antibodi.
1. Makrofag
Makrofag merupakan komponen sel darah
putih yang memerankan fungsinya sebagai sistem imun dengan melakukan
fagositosis terhadap bahan-bahan asing atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh.
Proses fagositosis terjadi dengan cara mengelilingi, kemudian memakan dan
menghancurkan antigen tersebut, proses ini merupakan bagian dari reaksi
peradangan. Untuk mengatasi infeksi terkadang makrofag berinteraksi dengan
limfosit. Makrofag juga mempunyai peran yang penting dalam imunitas adaptif,
dalam hal ini makrofag akan mengambil antigen dan mengantarkannya untuk
dihancurkan oleh komponen-komponen imun lain dalam sistem imun adaptif.
Makrofag dapant mengonsumsi partikel asing, partikel asbes, dan bakteri.
Makrofag terdapat di tempat-tempat strategis tubuh dan tempat organ tubuh
berhubungan dengan aliran darah atau
dunia luar, misalnya di daerah paru-paru yang enerima udara dari luar.
2. Limfosit
Limfosit merupakan sel darah putih yang
khusus berfungsi untuk mengidentifikasi dan menghancurkan antigen penyerbu.
Semua limfosit dibentuk di sumsum tulang, tetapi mereka mengalami penuaan di
dua tempat yang berbeda. Limfosit yang mengalami penuaan di sumsum tulang
disebut limfosit B atau sel B. Limfosit ini membuat zat antibodi yang beredar
melalui darah dan cairan tubuh lain.
Limfosit T atau sel T mengalami penuaan
di timus. Limfosit T yang disebut sitotoksik
(sel beracun) atau limfosit T pembunuh. Sel T secara langsung dapat membinasakn
sel-sel yang mempunyai antigen spesifik pada bagian permukaannya yang sudah
dkenali oleh sel T sebelumnya. Limfosit sel T penolong mengontrol kekuatan dan
kualitas dari semua respon imun. Sel-sel limfosit dewasa secara konstan
bergerak sepanjang darah meuju kelenjar getah bening dan kembali ke darah lagi
untuk memonitor tubuh terhadap substansi-substansi penyerbu secara
terus-menerus.
3.
Reseptor Antigen
Salah satu karakteristik imunitas
adaptasi adalah kekhususan spesifikasi. Spesifikasi, artinya setiap zat anti
yang dihasilkan oleh tubuh hanya mampu untuk melawan antigen tertentu. Setelah
dewasa limfosit akan memproduksi satu reseptor antigen, yaitu struktur khusus
yang berada pada bagian permukaan sel limfosit. Reseptor antigen memiliki
struktur yang spesifik untuk berkaitan dengan yang sesuai dengan struktur
antigen seperti kunci dan gemboknya. Limfosit dapat membuat berjuta-juta macam
reseptor antigen.
4.
Sel-Sel Pengangkut Antigen
Saat antigen memasuki ke sel tubuh
tubuh, maka molekul-molekul pengangkut tertentu yang ada dalam sel akan membawa
antigen tersebut ke permukaan sel menuju sel-sel limfosit T. Molekul-molekul
pengangkut ini disebut Major
Histocompatability Complex (MHC) dikenal dengan molekul MHC. Molekul HMC
terdidri atas dua kelas. Molekul MHC kelas 1 berfungsi sebagai pengenal antigen
untuk sel T pembunuh, dan molekul MHC kelas II sebagai pengenal antigen untuk
sel T pembantu.
5.
Antibodi
Zat antibodi merupakaan protein jenis imunoglobulin (Ig) yang bekerja dengan
cara merespon antigen. Antibodi hanya dibuat oleh plasma sel limfosit B.
Antibodi terdiri atas rantai berat dan rantai ringan yang pada ujungnya
terdapat tempat pengikatan antigen spesifik.
Antibodi terdapat di dalam darah dan
cairan tubuh yang dibentuk sebagai respons sistem kekebalan terhadap antigen
asing. Antigen yang dikenali oleh lifosit B, limfosit T, dan makrofag akan
merangsang pelepasan antibodi kedalam darah. Respons sel yng pertama terhadap
antibodi adalah pembentukan antibodi IgM oleh sel, setelah itu baru pembentukan
antibodi tipe lain seperti IgG, IgA, AgD, dan IgE.
a. IgM adalah antibodi yang dihasilkan
pada pemaparan awal oleh suatu antigen, contohnya jika sorang anak menerima
vaksinasi tetanus i, maka 10-14 hari kemudian akan terbentuk antibodi
antitetanus IgM (respons antibodi primer). IgM banyak terdapat di dalam darah,
tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan dalam organ maupun jaringan.
b. IgG adalah jenis antibodi yang
dihasilkan pada pemaparan antigen berikutnya. Contohnya setelah mendapatkan
suntikan tetanus ii, maka 5-7 hari kemudian seorang anak akan membentuk
antibodi IgG. IgG (Respons antibodi sekunder) ditemukan di dalam darah dan
jaringan.
c. IgA adalah antibodi yang memegang
peranan penting pada pertahanan tubuh terhadap msuknya mikroorganisme melalui
permukaan yang dilapisi selaput lendir, yaitu hidung, mata, paru-paru, dan
usus. IgA ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh (pada saluran pencernaan,
hidung, mata, paru-paru, dan ASI).
d. IgE adalah antibodi yang menyebabkan
reaksi alergi akut (reaksi alergi cepat).
e. IgD adalah antibodi yang terdapat
dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam darah.
Zat antibodi menghentikan aktivitas
antigen penyebab penyakit dengan cara menetralisir dan opsonisai.
II.5.3
Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh
Adanya sistem pertahanan tubuh membuat
tubuh kita aman dari serangan penyakit. Diibaratkan sebuah senjata, sistem
pertahanan tubuh membunuh semua bibit penyakit yang menyerang tubuh. Mekanisme
yang dilakukan pun amat beragam. Di dalam tubuh, sistem imun yang kita miliki
dapat melakukan mekanisme pertahanan dari berbagai jenis antigen, seperti
bakteri, virus maupun kuman tertentu. Mekanisme pertahanan tersebut dapat
dilakukan dengan cara membentuk kekebalan aktif dan kekebalan pasif.
a. Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan
tubuh yang diperoleh dari dalam tubuh, karena tubuh membuat antibodi sendiri.
Jenis kekebalan ini dapat terbentuk baik secara alami ataupun buatan. Kekebalan
aktif alami (natural immunity) adalah kekebalan tubuh yang diperoleh tubuh
setelah seseorang sembuh dari serangan suatu penyakit. Sebagai contoh, orang
yang pernah terserang penyakit seperti cacar air, campak, dan gondongan tidak
akan terserang penyakit yang sama untuk kedua kalinya. Sebab, tubuh yang
terserang sudah begitu kenal atau tidak asing dengan antigen yang menyerang.
Akibatnya, darah membentuk antibodi untuk melawan antigen tersebut.
Selain secara alami, kekebalan aktif
dapat diperoleh secara buatan. Kekebalan aktif buatan (induced immunity) diperoleh dari luar tubuh, yakni setelah tubuh
mendapatkan vaksinasi. Vaksinasi merupa kan proses memasukkan vaksin ke dalam
tubuh supaya tubuh membentuk antibodi
sehingga kebal terhadap suatu penyakit. Sementara vaksin ialah kuman penyakit
yang sudah dilemahkan atau dijinakkan sehingga tidak berbahaya bagi tubuh.
Tindakan membentuk kekebalan dalam
tubuh seseorang dengan memberikan vaksin disebut imunisasi. Orang yang
mengembangkan imunisasi pertama kali adalah dr. Edward Jenner, seorang dokter
berkebangsaan Inggris. Teknik ini seringkali diberikan kepada semua umur supaya
kebal terhadap antigen tertentu. Ada beberapa penyakit yang dapat dilawan
dengan vaksin, misalnya vaksin BCG yang melawan antigen penyakit TBC. Imunisasi
mempunyai beberapa tipe. Imunisasi yang diberikan kepada individu dari spesies
yang sama disebut isoimun. Sedangkan
imunisasi yang diberikan pada individu yang berbeda dan dari spesies yang
berbeda pula disebut heteroimun.
b.
Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif merupakan kekebalan
yang diperoleh bukan dari antibodi yang disintesis dalam tubuh, melainkan
tinggal memakainya saja. Seperti halnya kekebalan aktif, kekebalan pasif juga
terjadi secara alami dan buatan. Kekebalan pasif alami adalah kekebalan yang
diperoleh bukan dari tubuhnya sendiri, melainkan dari tubuh orang lain.
Misalnya kekebalan bayi yang diperoleh dari ibunya. Ketika masih dalam
kandungan, bayi mendapatkan antibodi dari ibunya melalui plasenta dan tali
pusat. Kemudian setelah lahir, bayi mendapatkan antibodi dari ASI eksklusif
melalui proses menyusui.
Sedangkan kekebalan pasif buatan adalah
kekebalan yang diperoleh dari antibodi
yang sudah jadi dan terlarut dalam serum. Sepintas antibodi ini mirip dengan vaksin. Perbedaannya
yakni vaksin bersifat sementara, sedangkan serum dapat digunakan dalam jangka
waktu yang relatif lebih lama. Bahkan dapat digunakan seumur hidup. Sebagai contoh adalah suntikan ATS (Anti Tetanus Serum) dan sun tikan IG (Globulin Imun).
II.5.4 Respon Imunitas Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem kekebalan dapat menghasilkan dua
jenis respons terhadap antigen, yaitu
respons humoral dan respons selular. Respons humoral atau kekebalan
humoral melibatkan aktivitas sel B dan produksi antibodi yang beredar di dalam
plasma darah dan limfa. Kekebalan humoral efektif melawan bakteri atau virus
yang mencoba masuk ke dalam cairan tubuh. Adapun respons selular atau kekebalan
selular melibatkan sel-sel yang bereaksi langsung terhadap sel-sel asing atau jaringan
yang terinfeksi. Jenis kekebalan ini dapat secara langsung melawan sel-sel
tubuh yang terinfeksi oleh bakteri atau virus. Akan tetapi, kekebalan selular
ini berperan pula dalam pengenalan jaringan asing dan penolakan atas jaringan
hasil transplantasi.
Secara umum, kekebalan humoral dan
selular memberikan tiga fungsi utama sebagai berikut :
1. Pengenalan
Sistem kekebalan dapat mengenali benda asing (antigen)
yang masuk ke dalam tubuh. Meskipun jenis patogen sangat beraneka ragam, sistem
kekebalan dapat mengenali dan menyusun respon melawan semua jenis organisme
secara spesifik.
2. Reaksi
Setelah mengenali antigen yang masuk, sistem kekebalan
bereaksi dengan mempersiapkan respons humoral dan selular.
3. Pembuang
Sistem kekebalan dapat menghancurkan antigen yang masuk
ke dalam tubuh. Penghancuran ini dapat dilakukan secara humoral melalui
antibodi maupun secara selular, oleh limfosit T. Ketika sistem kekebalan
bekerja secara efektif, antigen akan hancur dan dibuang.
A. Kekebalan Humoral
Seperti telah dijelaskan sebelumnya,
kekebalan humoral melibatkan aktivasi sel B dan produksi antibodi yang beredar
di dalam plasma darah dan limfa. Antibodi yang beredar sebagai respons humoral,
bekerja melawan bakteri, virus, dan toksin yang ada di dalam cairan tubuh.
Untuk melawan antigen, limfosit B dengan antibodi tertentu akan membelah dan
berdiferensiasi menjadi dua bagian, yaitu
sel plasma dan sel B memori. Sel plasma dapat memproduksi
antibodi dengan kecepatan ±120.000 molekul/menit, dengan umur sel plasma
sekitar 5 hari. Antibodi memiliki dua sisi ikatan (binding site) yang berbeda.
Oleh karena itu, antibodi dapat membentuk suatu formasi ikatan (crosslink)
terhadap antigen sehingga membentuk suatu ikatan kompleks. Antigen yang telah
berikatan dengan antibodi, tidak dapat menginfeksi sel. Selain itu, antigen
tersebut menjadi sasaran yang mudah bagi sel-sel fagosit untuk ditelan dan
dihancurkan.
Untuk membuat respons ini lebih
efektif, antibodi memberikan “instruksi” kepada molekul dan sel-sel lain di
dalam tubuh untuk mengetahui adanya serangan. Apabila antigen tersebut berupa
protein bebas, antibodi akan berikatan dengan antigen tersebut dan
diekskresikan oleh ginjal. Adapun antigen yang berupa bakteri dan virus,
antibodi akan memberi sinyal kimiawi untuk menarik sel-sel fagosit agar
menghancurkannya.
Kemudian, beberapa antibodi akan
mengaktifkan sejumlah protein dalam darah atau
protein komplemen. Ketika protein komplemen ini bertemu dengan antibodi
yang menempel pada permukaan sel, protein tersebut akan menempel pada membran
sel dan membentuk pori-pori. Pori-pori ini akan membuat sel menjadi lisis
(pecah).
Keterangan:
(a)Antibodi yang membentuk ikatan, (b)fagosit untuk menghancurkan antigen, dan
(c)protein komplemen menempel dan membentuk pori-pori.
Kontak pertama antara sel-sel B dengan
antigen beserta reaksi dari sel-sel tersebut terhadap antigen yang masuk ke
dalam tubuh disebut respons kekebalan primer. Pada respons kekebalan primer,
dibutuhkan sekitar 10–17 hari bagi limfosit untuk membentuk respons yang
maksimum. Pada waktu tersebut, sel-sel B akan berdiferensiasi menjadi sel
plasma dan sel B memori. Kondisi ini dapat menyebabkan suatu individu menjadi
sakit (contohnya demam). Akan tetapi, gejala penyakit tersebut akan hilang
ketika antigen yang masuk ke dalam tubuh telah dibersihkan oleh antibodi dan
sel T. Apabila suatu individu terpapar lagi oleh antigen yang sama beberapa
waktu kemudian, respons akan menjadi lebih cepat (2–7 hari) dengan respons yang
lebih besar dan lama. Proses ini dinamakan dengan respons kekebalan sekunder.
Konsep kekebalan ini sangat kita kenali di dalam kehidupan sehari-hari,
contohnya apabila kita pernah terserang cacar air, kita tidak mungkin terkena
penyakit itu lagi.
Keterangan: Respons
kekebalan primer dan kekebalan sekunder.
B. Kekebalan
Selular
Kekebalan selular melibatkan sel-sel
yang bereaksi langsung terhadap sel-sel asing atau jaringan yang terinfeksi.
Kekebalan ini merupakan kekebalan yang ditunjang oleh sel T. Berbeda dengan sel
B, sel T tidak memproduksi molekul antibodi. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, terdapat tiga jenis sel T yang berperan dalam kekebalan selular.
Tiga jenis sel T tersebut yaitu sitotoksik, sel T pembantu, dan sel T supressor.
Ketika sel T sitotoksik kontak dengan antigen pada permukaan sel asing, sel T
sitotoksik akan aktif untuk menyerang dan menghancurkannya dengan cara merusak
membran sel asing. Adapun fungsi sel T supressor yaitu untuk menekan respons
kekebalan dengan memperlambat laju pembelahan sel dan membatasi produksi
antibodi. Proses ini berlangsung apabila infeksi telah berhasil ditangani.
Selain itu, sel T lain yang berperan
adalah sel T pembantu. Sel T pembantu ini berfungsi untuk menghasilkan sekret
yang dapat merangsang sel B dan juga menghasilkan senyawa lain yang berfungsi
dalam respons kekebalan.
Keterangan: Mekanisme
kekebalan yang dilakukan oleh (a) sel T sitotoksik, (b) sel T pembantu, dan (c)
sel Tsupressor.
Kekebalan selular sangat penting dalam
menghadapi infeksi oleh virus. Meskipun antibodi dapat menangkap
partikel-partikel virus, antibodi tidak dapat menyerang virus yang telah masuk
ke dalam sel. Sel T sitotoksik dapat mendeteksi protein virus pada permukaan
sel yang terinfeksi dan menghancurkannya sebelum virus tersebut bereplikasi dan
menginfeksi sel-sel yang lain.
II.5.5 Gangguan Pada Sistem Kekebalan Tubuh
Gangguan atau kelainan pada sistem
kekebalan tubuh bervariasi dari yang ringan seperti alrgi sampai yang serius
seperti penolakan pencangkokan organ, difisiensi kekebalan, serta penyakit
autoimun.
1. Alergi
Alergi disebabkan oleh respons kebal terhadap beberapa
antigen. Antigen-antigen yang dapat menimbulkan suatu tanggapan alergi dikenal
sebagai alergen (penyebab alergi).
2. Penolakan
Transplantasi
Sistem kekebalan mengenali dan menyerang apapun yang
secara normal berbeda denga unsur yang ada di dalam tubuh seseorang, bahkan
unsur yang hanya sedikit berbeda, seperti organ dan jaringan yang dicangkokkan.
Penolakan transplantasi dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu penolakan
hiperakut, akut, dan kronis.
3. AIDS (Acquired Immunodeficiencyn Syndrome)
Suatu penyebab infeksi yang menurunkan kekebalan secara
fatal adalah HIV (Human Immunodefiency
Virus). Virus tersebut menyebabkan kasus AIDS dengan menginfeksi dan secara
cepat menghancurkan sel-sel T penolong. AIDS adalah suatu sindrom menurunnya
sistem kekebalan tubuh. AIDS termasuk penyakit menular seksual (PMS).
4. Defisiensi Imun
Defisiensi sistem kekebalan (imun) dapat diperoleh dari
keturunan. Defisiensi imun yang diwariskan tersebut umumnya mencerminkan
kegagalan pewarisan suatu gen kepada generasi berikut sehingga dihasilkan
makrofag yang tidak mampu mencerna dan menhancurkan organisme penyerbu,
contohnya adalah severe Combined
Immunodeficiency (SCID). Penderita SCID mengalami kekurangan limfosit B dan
T sehingga harus tinggal dilingkungan steril agar tidak terkena infeksi.
5. Penyakit Autoimun
Ketika suatu penyakit autoimun menyerang, sistem
kekebalan akan menyerang organ atau jaringannya sendiri seolah-olah merek
adalah unsur asing. Penyakit autoimun sering terjadi pada kasus kencing manis
dan demam rematik.
II.5.6 Cara
meningkatkan Sistem kekebalan Tubuh terhadapap penyakit:
1.
Konsumsi makanan yang bisa meningkatkan daya tahan Tubuh
Makan makanan yang mengandung vitamin-vitamin dan anti
oksidan yang terdapat dari buah-buahan sangat bagus untuk meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap penyakit.
2.
Istirahat dan tidur yang cukup
Terlalu lelah dan kurang tidur pasti akan sangat mudah
terkena penyakit karena daya tahan tubuh kita menurun, apalagi didukung oleh
kondisi cuaca yang tidak menentu. maka istirahat dan tidur yang cukup antara
7-8 jam dalam sehari, cukup tidur juga bisa membuat tubuh anda segar dan tetap
aktif dalam menjalani aktifitas sehari-hari
3.
Lakukan Olah Raga
Olah raga juga salah satu hal penting untuk menjaga
kebugaran dan daya tahan tubuh , lakukan olah raga seperti joging atau
gerakan-gerakan fisik lainnya sekitar 60 menit / hari
4.
Hindari Stres yang berlebihan
Hindari stres cobalah
sesekali untuk tertawa, atau menyaksikan hiburan-hiburan seperti
mendengar musik dan hal-hal lucu lainnya, penelitian menunjukkan tertawa dapat
merangsang hormon yang bisa memperkuat daya tahan tubuh, dan tidak ada ruginya
juga tertawa karena bisa membuat hati menjadi lebih bahagia.
5.
Jaga kebersihan Tubuh Serta kebersihan Lingkungan
Cara meningkatkan kekebalan tubuh selanjutnya yaitu
dengan cara menjaga kebersihan untuk mencegah terjadinya infeksi kuman dan
bakteri dari luar tubuh, Rajin mandi, biasa kan cuci tangan sebelum makan dan
Personal Higiene lainnya, Selain itu perhatikan juga kebersihan lingkungan
sekitar, termasuk ventilasi ruangan, ruangan yang lembab dan kurang pencahayaan
juga bisa menimbulkan berbagai penyakit.
6.
Konsumsi Suplemen
Jika memang makanan yang anda konsumsi tidak mengandung
banyak vitamin dan zat-zat penting untuk tubuh, Berarti anda harus
pertimbangkan untuk mengkonsumsi Suplemen yang berfungsi untuk meningkatkan
imunitas tubuh, contohnya suplemen multivitamin dan mineral untuk mencukupi
kebutuhan vitamin-vitamin dan mineral harian.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa peran vitamin dan mineral sangat penting dalam proses metabolisme tubuh
manusia. Penggunaan vitamin yang utama adalah untuk pengobatan terhadap definisi (kekurangan),
dan penyakit-penyakit menurun. Selain itu vitamin juga digunakan untuk
mengobati berbagai macam penyakit, misalnya kanker (vit, A, B dan E) jantung
dan saluran napas (vit, E dan C) skizofrenia (vit, B3 ) definisi vitamin dan mineral dapat berdampak negative
dalam tubuh. sehingga vitamin dan mineral dalam jumlah yang berlebihan dapat
menyebabkan gangguan pada sistem kerja tubuh sehingga diperlukan pengambilan
keputusan yang tepat dalam mengkonsumsi vitamin dan mineral. Pemenuhan
kebutuhan akan vitamin dan mineral dapat dipenuhi dari konsumsi makanan yang
banyak mengandung vitamin dan mineral misalnya daging, sayuran hijau dan biji-bijian.
Sistem kekebalan tubuh sangat penting dalam kehidupan karena dengan adanya
sistem pertahanan tubuh membuat tubuh kita aman dari serangan penyakit. Dimana zat antibodi menghentikan aktivitas
antigen penyebab penyakit dengan cara menetralisir dan opsonisai.
III.2 Saran
Adapun saran dalam makalah ini, yaitu
kiranya pembaca dapat memberi kritik atau masukan yang dapat membangun dan demi
perbaikan makalah ini kedepannya
DAFTAR PUSTAKA
Drs.
Sunaryo, M.Kes. 2004. Vitamin dan Mineral
untuk Kesehatan. Penerbit EGC:
Jakarta..
Sadikin Muhammad.
2002. Biokimia Darah. Widia Medika:
Jakarta.
Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson.
2002. Patofisiologi. Jilid 1. EGC:
Jakarta.
Setiabudy. Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Gaya
Baru: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar