Rabu, 16 Januari 2019

Absorbsi



BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya tepat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai rectum). Kulit perut otot dan lain-lain.
Farmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh termasuk menentukan toksisitasnya. Pemberian topical untuk mendapatkan efek lokal pada kulit atau membrane mukosa, penggunaan suatu obat hampir selalu melibatkan transfer obat kedalam aliran darah. tetapi, meskipun tempat kerja obat tersebut berbeda-beda, namun bisa saja terjadi absorbsi ke dalam aliran darah dan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan absorbsi kedalam darah dipengaruhi secara bermakna oleh cara pemberian.
Cara-cara pemberian obat untuk mendapatkan efek teraupetik yang sesuai ialah dengan cara  atau bentuk sediaan parenteral intravena (IV), intramuscular (IM), subkutan (SC), intraperitonial (IP), peroral. Pemberian obat per oral merupakan pemberian obat paling umum dilakukan karna relatif mudah dan praktis serta murah. Intinya absorbsi dari obat mempunyai sifat-sifat tersendiri, beberapa diantaranya dapat diabsorpsi dengan baik pada suatu cara penggunaan, sedangkan yang lainnya tidak.
Obat sebaiknya dapat mencapai reseptor kerja yang diinginkan setelah di berikan melalui rute tertentu yang nyaman dan aman seperti suatu obat yang memungkinkan diberikan secara intra vena dan diedarkan dalam darah langsung dengan harapan dapat menimbulkan efek yang relative lebih cepat dan bermanfaat
I.2 Maksud dan tujuan
      I.2.1 Maksud
Maksud dari percobaan kali ini adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa cara pemberian obat terhadap absorbsi obat pada hewan coba.
I.2.1 Tujuan
        Tujuan dan percobaan kali ini adalah untuk mengenal dan mempraktekkan, membandingkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsinya, menggunakan data farmakologi sebagai tolak ukurnya
I.3 Prinsip percobaan
      Berdasarkan data rute pemberian obat pada hewan coba yaitu mencit (Musmusculus) dengan pemberian natriumdiklofenatdiamati dengan cermat durasi kerja obat menggunakan stop watch, mencit manakah yang terlebih dahulu berefek.
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Teori umum
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari tentang konsentrasi obat selama proses penyerapan pengedaran obat keseluruh tubuh, dan eliminaasi obat dari tubuh pasien  sekitar 80% dari semua obat diberikan melalui mulut dan dialirkan melalui saluran percernaan dalam usus menyerap partikel-partikel obat ke dalam aliran darah, untuk kemudian di edarkan ke seluruh tubuh (Kamienski;2015).
Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah.Bergantungcara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai dengan rektum), kulit, paru, otot dan lain-lain. yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral (Gunawan;2012).
Kecepatan absorbsi obat tergantung dari kecepatan obat melarut pada tempat absorbsi, derajat ionisasi, pH tempat absorbsi, dan  sirkulasi darah di tempat obat melarut (priyanto;2010).
Ada kalanya obat dikehendaki agar lebih lambat dengan  tujuan mengurangi efek sistematik obat yang sedang digunakan untuk suatu efek lokal, atau untuk memperpanjang masa kerja obat dengan menjadikan obat tersebut diabsorbsi perlahan-lahan dalam waktu yang panjang. Sebagai contoh, penambahan adrenalin atau non adrenlinpada larutan anastesi lokal kedalam sirkulasi umum (staf pengajar departemen farmakologi fakultas kedokteran universitas sriwijya; 2009).
Keseluruhan laju absobsi obat dapat digambarkan baik sebagai proses masuknya order kesatu atau order nol. Sebagian besar farmakonetika menganggap absobsi mengikuti order kesatu, kecuali apabila anggapan absobsi order nol memperbaiki model secara bermakna atau telah teruji dengan percobaan (shargel; 2012).
Bioavallability merupakan derajat ketersediaan obat atau substansi lain pada jaringan target setelah pemberiannya (dorland;2012). Bioavailabilitas adalah fraksi obat yang di berikan dan mencapai sirkulasi sistemis. Bioavailabilitas dinyatakan sebagai fraksi obat yang masuk ke dalam sirkulasi sistemis serta tidak mengalami perubahan bentuk kimiawi (Harvey;2013).
Distribusi merupakan perpindahan obat dari sirkulasi sistemik menuju kesuatu tempat di dalam tubuh (cairan dan jaringan). Dalam hal ini obat dalam  sirkulasi sistemik berada dalam 2 bentuk yaitu obat terikat protein dan obat bebas (tidak terikat proten)(Nugroho; 2015).
Kecepatan distribusi dipengaruhi oleh perrmeabilitas membran kapiler terhadap molekul obat. Karna membran kapiler terdiri dari lemak, obat yang mudah larut dalam lemak juga akan mudah terdistribusi. faktor lain yang memengaruhi distribusi adalah fungsi kardiovaskuler, ikatan obat dengan protein plasma, dan adanya hambatan fisiologi tertentu, seperti abses atau kanker  (Priyanto;2010).
Metabolismeyaitu perubahan suatu senyawa menjadi senyawa lainnya yang disebut metabolit yang terjadi pada sistem biologis. Obat mengalami proses metabolisme, sebagian tujuannya adalah untuk mempersiapkan proses ekskresi obat dari tubuh. Organ utama proses metabolisme obat adalah hati (Nugroho; 2015).
Pengeluaran obat dari tubuh terjadi melalui berbagai rute, yang terpenting adalah melalui ginjal dalam bentuk urine. Eliminasi obat melalui ginjal yaitu filtrasi glomerulus, sekresi tubulusproksimal, reabsorbsitubulus distal,  dan peran metabolisme obat (Harvey; 2013).
Osteoporosi ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan jaringan tulang yang berakibat pada kerapuhan tulang dan meningkatkan resiko fraktur. WHO mengklasifikasikan massa tulang dengan dasar skor T. Skor T adalah bilanga deviasi standar dari densitas mineral tulang (bone mineral density/BMD). Rara-rata untuk populasi normal muda. Massa tulang normal memiliki skor T lebih besar dari -1, osteopenia -1 hingga -2, dan osteoporisis lebih kecil dari -2,5 (sukandar; 2013).
II.2Uraian Bahan
1.         Aquadest (Farmakope Indonesia; 1979)
Nama resmi          : AQUA DESTILLATA
Nama lain             : Air suling,aquadest
RM                         : H2O
BM                         : 18,02
Pemerian     : Cairan jernih, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa
Indikasi                   : Zat pelarut
Penyimpanan      : Dalam wadah tertutup baik.
2.         Aqua pro injeksi (Farmakope Indonesia; 1979)
Nama resmi          :  AQUA PRO INJECTION
Nama lain               :  Air untuk injeksi
  Pemerian        :Keasam-kebassan, amonium, besi, tembagan
                                   timbal, kalsium, klorida, nitrat, sulfat, zat teroksidasi memenuhi syarat yang tertera pada Aqua destilata.
Indikasi                 :  Untuk pembuatan injeksi.
Penyimpanan    :  Dalam wadah tertutup kedap. Jika disimpan dalam wadah tertutup kapas berlemak harus digunakan dalam waktu 3 hari setelah pembuatan.
II.3Karakteristik Dan Klasifikasi Hewan Coba
1.    Mencit(Musmusculus)
a.    Sifat-sifat mencit :
1.    Cendrung berkumpul bersama
2.    Penakut, fotofobik
3.    Lebih aktif pada malam hari
4.     Aktivitas terhambat dengan kehadiran manusia
5.    Tidak mengigit
b.    Klasifikasi :
Kingdom                     : Animalia
Filum                           : Chordata
Kelas                           : Mamalia
Ordo                             : Rodentia
Family                         : Muridae
Genus                         : Mus
Spesies                       : Musmusculus
c.    Karakteristik :
Lama hidup                : 1-2 tahun
Lama bunting                        : 19-21 hari
Umur disapih             : 2 tahun
Umur dewasa                        : 35 hari
Siklus kelamin           : Pollestrus
Siklus estrus              : 4-5 hari
Lama estrus               : 12-24 jam
Berat dewasa             : 20-24 g
Jantan                         : 18-35 g
Berat lahir                   : 0,5-1,0 g
Jumlah anak              : rata-rata 6, biasa 15
Suhu                           : 35-39 (rata-rata)
BAB V
PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
NO
Mencit
Volume pemberian
Rute
Waktu mencapai absorbsi

1
Mencit 1
(21,6 gram)
0,7 ml
Oral
02:97 detik
Mencit 2
(20,2 gram)
0,35 ml
I.P
04:27 detik

2
Mencit 1
(20 gram)
0,5 ml
I.v
05:59 detik
Mencit 2
(20,1 gram)
1 ml
Oral
05:36 detik

3
Mencit 1
(20,5 gram)
0,7 ml
Oral
07:75 detik
Mencit 2
(20,3 gram)
0,7 ml
S.C
08:83 detik

4
Mencit 1
(20 gram)
0,7 ml
Oral
04:97 Detik
Mencit 2
(22,7 gram)
0,8 ml
I.M
02:64 Detik


























IV.2 Pembahasan
 Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah. Kecepatan absorbsi obat tergantung dari kecepatan obat melarut pada tempat absorbsi, derajat ionisasi, pH tempat absorbsi, dan  sirkulasi darah di tempat obat melarut.
Praktikum kali ini mempelajari tentang pengaruh cara pemberian obat terhadap absorbsi obat dalam tubuh hewan coba. Mencit dipilih sebagai hewan coba karena proses metabolisme dalam tubuh mencit berlangsung cepat dan cocok di gunakan sebagai hewan coba.
Pemberian obat pada hewan coba yaitumelalu cara peroral, intra vena, sub cutan, intra muskular, dan intra peritonial. Oral dilakukan melalui mulut, intra vena dilakukan pada pembuluh darah (pada mencit di ekornya), sub cutandibawah kulit, intra muskular pada otot, dan itraperitonial pada perut mencit.
Pemberian peroral pada mencit dilakukan dengan cara memasukan kanula pada mulut mencit. Jarum tumpul atau kanula digunakan agar tidak melukai mulut dari mencit. Pemberian subkutan pada mencit dilakukan pada bawah kulit mencit dibagian temgkuk dari mencit.
Pada mencit pertama dengan berat 21,6 gram dengan volume pemberian 0,7 ml (oral) mencapai waktu absorbsi 02:97 detik sedangkan pada berat 20,2 gram dengan volume pemberian 0.35 ml (Intra peritonial) mencapai waktu absorbsi 04:27 detik
Pada mencit kedua dengan berat 20 gram dengan volume pemberian 0,5 ml (intra vena) mencapai waktu absorbsi 05:59 detik sedangkan pada berat 20,1 gram dengan volume pemberian 1 ml (oral) mencapai waktu absorbsi 05:36 detik.
Pada mencit ketiga dengan berat 20,5 gram dengan volume pemberian 0,7 ml (oral) mencapai waktu absorbsi 07:75 detik sedangkan pada berat 20,3 gram dengan volume pemberian 0.7 ml (subcutan) mencapai waktu absorbsi 08:83 detik.
Pada mencit ketiga dengan berat 20 gram dengan volume pemberian 0,7 ml (oral) mencapai waktu absorbsi 04:97 detik sedangkan pada berat 22,7 gram dengan volume pemberian 0.8 ml (subcutan) mencapai waktu absorbsi 02:64 detik.
Dari hasil pengamatan perbandingan antara pemberian obat pada mencit secara peroral dan subcutan. kedua mencit setelah diberikan obat di panaskan diatas hot plate. Mencit yang paling cepat mengangkat kakinya, absobsi obat lebih lambat. Sedangkan mencit yang lama mengangkat kakinya absobsi obat lebih cepat. Dan mencit yang diberikan obat secara sub cutan lebih lama mengangkat kakinya dan yang di berikan secarperoral lebih cepat mengangkat kakinya.
Dari hasil pengamatan diatas rute pemberian obat akan lebih cepat terabsorbsi dengan pemberian secara injeksi subkutan. Sedangkan peroral lama terabsobsi. Hal ini di sebabkan karna pemberian secara oral melalui proses yang sangat panjang di dalam tubuh.
Natrium diklofenak adalah obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) yang terutama digunakan untuk membantu mengobati gejala radang sendi atau arthritis walaupun juga bisa untuk mengobati rasa sakit lainnya misalnya sakit gigi. Obat natrium diklofenak dan golongan NSAID lainnya juga dapat membantu mengurangi pembengkakan dan peradangan yang disebabkan oleh penyakit tertentu sehingga membantu memberikan kenyamanan.
Obat NSAID tidak langsung menyembuhkan arthritis atau penyakit serupa karena ini hanya menghilangkan rasa sakit. Anda hanya dapat menggunakan obat ini dengan resep yang valid dari dokter. Karena penggunaan dan dosis natrium diklofenak akan tergantung pada kondisi pasien, interaksi terhadap obat-obatan tertentu dan penyakit lain yang mungkin akan berpengaruh.
Indikasi Natrium Diklofenak dijual dengan merek dagang Voltaren, Voltaren-XR, Voltadex, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan untuk membantu meringankan rasa sakit akibat rheumatoid arthritis (rematik), osteoarthritis (Pengapuran sendi), nyeri, peradangan, pembengkakan, kekakuan dan nyeri sendi.
Dalam beberapa kasus, obat ini akan digunakan sebagai bagian dari rejimen pengobatan untuk ankylosing spondylitis, kram menstruasi atau serangan migrain akut.
Diklofenak memiliki dua bentuk obat sesuai dengan kombinasi garam atau ionnya; Kalium Diklofenak dan Natrium Diklofenak. Natrium diklofenak tersedia dalam bentuk tablet salut enterik, tablet sustained release, kapsul, serbuk atau larutan. Ada juga sediaan emulgel yang bisa diaplikasikan atau dioleskan langsung ke tempat yang sakit.
Dosis dan petunjuk penggunaan akan bervariasi berdasarkan pada kondisi yang akan diobati. Jangan menggunakan obat natrium diklofenak melebihi dari yang diinstruksikan karena hal ini dapat menyebabkan peningkatan risiko efek samping. Jika menggunakan obat ini untuk mengobati arthritis, maka biasanya akan diminum sekali sehari sampai dua minggu atau sampai mulai merasa lebih baik (rasa sakit hilang).
Kontraindikasi Natrium diklofenak tidak boleh digunakan oleh orang dengan kondisi perokok, Memiliki penyakit Kardiovaskular (Serangan Jantung, Gagal Jantung Kronis) Baru menjalani operasi Bypass koroner, Tekanan Darah Tinggi, Stroke, Asma, Maag atau penyakit pada lambung (gastritis, tukak, GERD, dan peningkatan asam lambung) Gangguan pada Hati Gangguan Ginjal Kehamilan dan menyusui Anemia Gangguan Pembekuan darah Kebiasaan Minum Terlalu Banyak Alkohol Alergi terhadap Salisilat obat NSAID lainnya.
Dosis Natrium Diklofenak Obat Natrium diklofenak tersedia dalam kemasan 25, 50, dan 75 mg tablet. Mengenai dosis natrium diklofenak pada orang dewasa akan disesuaikan  dengan jenis penyakit yang akan diobati sebagai berikut: Pengobatan osteoarthritis: 100-150 mg per hari dalam dosis terbagi. Pengobatan Rheumatoid arthritis: 150-200 mg per hari dalam dosis terbagi. Pengobatan Ankylosing spondylitis: 100-125 mg natrium diklofenak per hari, yang akan diberikan dalam dosis 25 mg jika diperlukan. Dosis untuk kondisi ini sering diberikan sebelum pasien tidur.
Natrium diklofenak dapat menyebabkan peningkatan enzim hati yang bisa berbahaya bagi seseorang yang hati atau livernya lemah. Efek Samping Natrium Diklofenak yang umum terjadi antara lain mulas, sembelit, diare, peredarahan yang tidak dapat dijelaskan, gastritis atau tukak pada usus, perut kembung, mual, muntah, sakit perut, pusing, sakit kepala, gatal, telinga berdenging atau ruam pada kulit. Efek samping tersebut terjadi pada hingga 10 persen pengguna.
Efek samping sodium diklofenak yang lebih berat termasuk demam, infeksi, gagal jantung kongestif, hipertensi, ecchymosis, esofagitis, depresi, asma, penglihatan kabur, alopecia, atau sistitis.
Informasi Keamanan Obat golongan NSAID termasuk sodium diklofenak ini tidak boleh digunakan selama kehamilan atau saat menyusui. Obat-obat ini dapat ditransfer ke janin atau bayi yang dapat menyebabkan ketergantungan serta cacat lahir potensial.
ketika minum obat natrium diklofenak, jangan minum obat NSAID lainnya termasuk naproxen, ibuprofen, indometasin, meloxicam atau lainnya. Hindari juga penggunaan aspirin. Selain meningkatkan risiko memar atau perdarahan, obat ini dapat menyebabkan overdosis karena cara kerja yang sama. Obat ini mungkin akan membuat lebih sensitif terhadap matahari. Hindari paparan sinar matahari yang terlalu lama, atau langsung. Gunakan tabir surya dan memakai pakaian pelindung saat di luar ruangan.
         Penggunaan natrium diklofenak pada usia lanjut mungkin lebih sensitif terhadap efek       samping dari obat ini, terutama pada lambung, masalah ginjal, dan memburuknya masalah jantung.                                                                            BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat
         Alat yang digunakan adalah hot plate, jarum berujung tumpul (kanula), sarung tangan, spoid injeksi dan jarum 1ml, stop watch,lap kasar, lap halus, lumpang dan alu, sudip, kertas perkamen, gelas kimia, gelas ukur, kandang mencit, batang pengadunk,
III.2 Bahan
       Bahan yang digunakan adalah aquadest, aquadest pro injeksi, alkohol, natrium diklofenat.
III.2 Cara kerja
1.    Ditimbang mencit dan diperhitungkan volume sediaan natrium yang akan diberikan
2.    Diberikan obat pada hewan coba dengan cara pemberian oral, subkutan, intra muscular, intra penitoneal, dan intra vena.
3.    Diamati perubahan-perubahan yang terjadi dengan cermat
4.    Dipanaskan hot plate
5.    Diangkat mencit ke hot plate
6.    Diamati hewan coba manakah dengan yang lebih cepat berefek
7.    Dihitung menggunakan stop watch.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Pemberian obat pada hewan coba dengan berbagai rute, memiliki efek yang berbeda-beda ada yang mudah terabsorsi, ada yang lama terabsorbsi. Pemberian secara peroral dan subkutan memiliki efek absorbsi yang berbeda. Obat yang diberikan pada mencit dengan cara subcutan lebih mudah terabsorbi dibandingkan obat yang diberikan secara peroral lama terabsorbsi.
VI.2 Saran
Agar praktikum berjalan lancar hendaknya para asisten mengawasi para praktikan tiap kelompok dan dosen mengawasipraktikan agar tidak terjadi kesalahan pada saat praktikum berlangsung.
                                                                DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A Newman. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 28.EGC;Jakarta (hal. 139)
Gunawan, SulistiaGan. 2012. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. FKUI; Jakarta
Harvey, Richard A.2013. Farmakologi. EGC;Jakarta (hal. 8 dan 20)
Kamienski, Mary. 2015. Farmakologi.Rapha Publishing; Yogyakarta (hal. 30)
Malole, M.B.M. 1989. Peggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan;Bogor
Nugroho, Agung Endro. 2015. Obat-Obat Penting. Pustaka Pelajar; Yogyakarta. (hal. 6)
Prinyanto. 2010. Farmakologi Dasar. Leskonfi; Jawa Barat. (hal. 36 dan 38)
Shargel, Leon Dkk. 2012. Farmasetika Dan Farmakokinetika Terapan. Airlangga University Press;Surabaya (hal. 167)
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009.Kumpulan Kuliah Farmakolog Edisi 2. EGC;Jakarta (hal.27)
Sukandar, Elin Yulinah.2013. Iso Farmakokinetika. ISFI; Jakarta Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Batuk dan Asma

Batuk dan Asma C.    Pengertian Batuk Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk menjaga pernapasan dari benda atau ...