BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara social dan ekonomi. Untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyrakat diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitas) yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Upaya untuk membebaskan tubuh dari
penyakit dapat ditempuh melalui beberapa cara, antara lain dengan menggunakan
obat.
Pengobatan
sendiri biasanya mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat
yang dibeli bebas di apotek atau took obat atas inisiatif diri sendiri tanpa
nasehat dokter yang dilakukan untuk penyakit yang tergolong ringan, di
antaranya adalah penyakit salesma dan influenza. Kedua penyakit tersebut
merupakan penyakit yang paling sering terjadi dan gejalanya tidak berbahaya.
Biasanya penyakit ini sembuh sendiri dalam waktu lima sampai tujuh hari, namun
gejalanya sangat mengganggu. Oleh karena itu, pengobatan biasanya hanya
ditujukan untuk mengobati gejala, Karena virus penyebab sulit dimusnahkan.
Selesma
(pilek) dan influenza merupakan dua jenis penyakit yang sering disamakan karena
memiliki gejala yang sama, dan disebabkan oleh virus yang mudah menular jika
seseorang kontak dengan penderita. Akan tetapi, virus yang menyebabkan kedua
penyakit tersebut berasal dari jenis yang berbeda. Timbulnya penyakit dapat
diperparah bila kondisi tubuh buruk karena kerja fisik yang terlalu berat dan
terlmpaui letih, banyak stress atau tidak cukup makanan bergizi.
I. 2 Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud salesma dan influenza ?
2. Bagaimana
gejala-gejala salesma dan influenza ?
3. Bagaimana
pencegahan salesma dan influenza ?
4. Bagaimana
swamedikasi/terapi salesma dan influenza ?
BAB
II
PEMBAHASAN
II.
1 Salesma
(Pilek)
a. Definisi
Salesma atau pilek (common cold) adalah iritasi atau peradangan selaput
lendir hidung akibat infeksi dari suatu virus. Selaput lendir yang meradang
memproduksi banyak lender sehingga hidung menjadi tersumbat dan sulit bernafas.
Tandanya di antaranya pilek, mata mengeluarkan banyak air, kepala pusing dan
sering kali demam ringan. Lender yang terbentuk mengakibatkan batuk dan bersin
(Tjay dan Rahardja; 2006).
b. Etiologi
Salesma
atau common cold disebabkan oleh rhinovirus yang menyerang saluran nasofaring.
Rhinovirus sering disertai dengan peradangan akut pada selaput lender hidung
dan peningkatan sekresi hidung. Kondisi ini juga dikenal sebagai rhinitis akut.
Rhinovirus bergantung pada musimnya: 50% dari infeksi terjadi pada musim dingin
dan 25% terjadi pada musim panas, 25% sisanya terjadi bias kapan saja sepanjang
tahun. Rhinovirus menular satu sampai empat hari sebelum pasien menyadari
gejala pilek tersebut (Kamienski dan Jim, 2015)
c.
Patofisiologi
Rhinovirus mengikat molekul intraseluler 1 reseptors yang
melekat pada sel-sel ephitelial pernapasan di hidung dan nasofaring sehingga
dapat bereplikasi dan menyebar. Sel yang terinfeksi melepaskan chemokine
“sinyal bahaya” dan sitokin yang mengaktifkan mediator inflamasi dan refleks
neurogenik, sehingga ada tambahan mediator inflamasi, vasodilatasi, transudasi
plasma, sekresi kelenjar, stimulasi saraf nyeri, refleks bersin dan batuk.
Rhinovirus berada dalam nasofaring selama 16 sampai 18 hari setelah infeksi
awal. Infeksi virus berakhir dengan
antibodi penetral (sekretori imunoglobulin A atau serum imunoglobulin G)
masuk ke dalam mukosa sampai akhir replikasi virus (Berardi, 2004).
d. Tanda
dan Gejala Selesma
Gejala selesma muncul 1 sampai 3 hari setelah infeksi.
Hidung tersumbat adalah gejala pertama diikuti dengan, rhinorrea, bersin, sakit
tenggorokan dan batuk. Pasien kadang merasa kedinginan, sakit kepala, malaise,
mialgia, batuk, atau demam ringan. Gejala biasanya terjadi selama 2 atau 3
hari. Batuk biasanya jarang terjadi dan jika muncul selama 4 atau 5 hari.
Gejala selesma bertahan sekitar 7 hari. Tanda dan gejala selesma mungkin sulit
dibedakan dengan influenza dan penyakit pernafasan lainnya (Berardi, 2004).
e.
Pencegahan
a)
Menjaga
kebersihan perorangan seperti sering mencuci tangan, menutup mulut ketika batuk
dan bersin, dan membuang ludah/ dahak dari mulut dan ingus hidung dengan cara
yang bersih dan
tidak sembarangan.
b)
Bila
memungkinkan, hindari jangan sampai berjejal di satu ruangan, misalnya ruang
keluarga, atau tempat tidur. Ruangan
harus memiliki ventilasi yang cukup lega.
c) Hindari merokok di dalam
rumah, apalagi dimana ada banyak
anak-anak.
d) Berpola hidup sehat,
hindari minum alkohol, stres, istirahat
cukup, dll.
e) Mencuci tangan dengan sabun
sebelum dan sesudah makan.
f) Bila akan
menyentuh/menggendong bayi, cucilah tangandahulu.
g) Makan makanan yang bersih,
higienis, sehat, gizi-nutrisiseimbang. Idealnya 4 sehat 5 sempurna.
h) Memperhatikan dan menjaga
kebersihan dan sanitasilingkungan.
i) Konsultasi terlebih dahulu
dengan dokter sebelum memutuskan untuk menggunakan obat-obatan, jamu, jamur,
herbal, atausuplemen untuk mengatasi salesma.
f. Terapi Selesma
Tidak ada obat khusus untuk pilek. Tujuan
terapi ini adalah untuk mengurangi gejala yang muncul dan dirasa mengganggu.
Terdapat 2 terapi pada selesma yaitu farmakologi dan non farmakologi.
1. Terapi
Non Farmakologi
Untuk
anak terapi tanpa obat mencakup peningkatan retensi cairan, istirahat cukup,
makan bernutrisi, termasuk hati-hati membersihkan saluran hidung, meningkatkan
kelembaban udara atau penguapan hangat, larutan garam, dan larutan nasal. Larutan garam dapat membantu
membran mukosa mengeluarkan mukus. Makanan dan minuman seperti teh dengan lemon
dan madu, sop ayam, dan air daging hangat membantu meredakan pilek dan
meningkatkan retensi cairan. Mengkonsumsi sop hangat mempunyai aktifitas
sebagai anti inflamasi. Terapi tanpa obat untuk anak harus hati-hati. Jika
menggunakan semprotan, anak harus posisi tegak untuk melancarkan aliran hidung,
menjaga asupan cairan, meningkatkan kelembaban udara, dan mengairi hidung
dengan tetes garam (Berardi, 2004).
2. Terapi
Farmakologi
Dekongestan merupakan pilihan terapi untuk pilek. Hidung
tersumbat diobati dengan dekongestan topikal atau oral. Antihistamin dapat
mengurangi bersin, sedangkan batuk biasanya sembuh sendiri, tetapi dapat
diobati dengan dextromethorpan atau antitusif dan demam, diobati dengan
antipiretik.
a.
Dekongestan
Dekongestan
dapat mengobati sinus dan hidung tersumbat. Penggunaan dekongestan dosisnya
harus dan dibatasi tidak lebih dari 3 sampai 5 hari untuk menghindari rhinitis
medicamentosa. Dekongestan adalah agonis adrenergik (simpatomimetik). Mekanisme
aksinya, stimulasi dari reseptor α-adrenergik menarik pembuluh darah, sehingga
menurunkan pembengkakan pembuluh sinus dan edema mukosa. Aksi langsung
dekongestan (phenylephrine, oxymetazoline, tetrahydrozoline) mengikat reseptor
adrenergik (Berardi, 2004).
Tabel
1. Dosis Dekongestan menurut Berardi (2004)
Obat
|
|
Dosis (maksimal per hari)
|
|
dewasa/anak ≥ 12
|
|
|
|
|
tahun
|
anak
(6 - < 12 tahun)
|
anak
2- <6 tahun
|
Phenylephrine
|
10 mg tiap 4 jam/hari
|
5
mg tiap 4jam/hari
|
2,5 tiap 4jam/hari
|
Pdeudoephedrine
|
60 mg
tiap 4-6 jam/hari
|
30
mg tiap 6jam/hari
|
15mg tiap 6jam/hari
|
b. Antihistamin
Obat
tanpa resep antihistamin penenang dapat mengurangi rhinorrhea yang berhubungan
dengan pilek dan mengurangi bersin (Berardi, 2004).
Mekanisme
kerja antihistamin adalah antagonis reseptor H1 berikatan dengan H1 tanpa
mengaktivasi reseptor, sehingga mencegah terjadi ikatan dan kerja histamin.
Beberapa antihistamin yang dapat diperoleh tanpa resep dokter antara lain: CTM,
promethazin, triprolidin, dll.
c. Analgesik
Analgesik efektif untuk nyeri atau demam yang berhubungan dengan pilek.
Pada pilek jarang terjadi demam diatas 37,8˚C. Antipiretik tanpa resep seperti
aspirin, asetaminofen, ibuprofen, naprofen, atau ketoprofen merupakan obat yang
efektif untuk mengurangi demam (Berardi, 2004).
d. Antitusif
Infeksi virus dapat memproduksi sekret dalam jumlah besar
pada saluran pernapasan sehingga terjadi batuk. Fungsi batuk ini adalah
mengeluarkan sputum dan bakteri. Ketika batuk tidak produktif dapat ditekan
dengan antitusif yang bekerja dengan menekan sistem saraf pusat. Beberapa
antitusif yang dapat diperoleh tanpa resep dokter diantaranya,difenhidramin HCl
dan dextrometorpan yang terbukti efektif untuk pilek.
e. Vitamin
Suplemen yang dapat diberikan seperti vitamin C, jus lemon,
teh herbal, bioflavonoid, betakaroten. Vitamin C pada dosis tinggi (1-1,5 mg)
berkhasiat meringankan gejala, mempersingkat lamanya infeksi dan sebagai
stimulan sistem imun. Pada dosis tinggi limfosit dirangsang perbanyakan
aktivitasnya sehingga pembasmian virus berlangsung lebih cepat.
II. 2 Influenza
a. Definisi
Influenza adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi virus influenza. Virus influenza merupakan virus RNA
yang dapat hidup pada manusia, kuda, babi, ayam dan burung. Virus adalah jasad biologis,
bukan hewan atau tanaman, tanpa struktur sel dan tidak berdaya untuk hidup dan
memperbanyak diri secara mandiri. Di luar tubuh manusia, seringkali virus
berbentuk kristal tanpa tanda hidup, tahan asam dan basa, serta resisten
terhadap suhu sangat rendah atau tinggi. Jika keadaan lingkungan membaik,
seperti di dalam tubuh manusia atau hewan, kristal tersebut akan hidup dan
mampu memperbanyak diri. Mikroorganisme ini menggunakan sistem enzim dari sel
tuan rumah untuk mensintesis asam nukleat, protein dan perkembangbiakannnya
(Tjay dan Rahardja, 2006).
b. Etiologi
dan Epidemiologi
Infeksi influenza dapat
terjadi setiap saat selama musim dingin. Tingkat infeksi tertinggi terjadi pada
anak-anak, tapi tingkat tertinggi penyakit parah, rawat inap, dan kematian
terjadi di antara mereka yang lebih tua dari usia 65 tahun, anak-anak (lebih
muda dari 2 tahun), Epidemi Influenza dimulai dari tahun 1979 hingga tahun 2000
yang menghasilkan rata-rata 226.000 rawat inap. Untuk usia lanjut di atas 65
tahun lebih dari 90% terjadi kematian terkait influenza. Kematian dengan
influenza penyebab dari pneumonia bakteri sekunder, pneumonia virus primer, dan
atau eksaserbasi penyakit penyerta yang mendasari (Joseph,2002).
c. Patofisiologi
Salah satu
mekanisme diyakini penghambatan hormon adrenokortikotropik (ACTH) sehingga
menurunkan kadar kortisol. Mengetahui gen yang dibawa oleh strain tertentu
dapat membantu memprediksi seberapa baik akan menginfeksi manusia dan seberapa
parah infeksinya. Misalnya, bagian dari proses yang memungkinkan virus
influenza menginvasi suatu sel adalah pembelahan protein hemaglutinin virus
oleh salah satu enzim protease. Dalam virus ringan dan virulen, struktur
hemaglutinin yang hanya bisa dipecah oleh protease yang ditemukan dalam
tenggorok dan paru-paru, sehingga virus ini tidak dapatmenginfeksi jaringan
lain. Namun, dalam strain yang sangat virulen, seperti H5N1, hemaglutinin yang
dapat di urai oleh berbagai protease, yang memungkinkan virus untuk menyebar ke
seluruhtubuh (Schmitz N, 2005).
d. Gejala
Tanda dan gejalanya termasuk cepat timbulnya demam, mialgia, sakit
kepala, malaise, batuk, sakit tenggorokan, dan rhinitis. Mual, muntah, dan
otitis media juga sering dilaporkan pada anak-anak. Tanda dan gejala biasanya
dalam waktu sekitar 3-7 hari, meskipun batuk dan malaise dapat bertahan selama
lebih dari 2 minggu. Pneumonia virus primer terjadi terutama pada wanita hamil
dan disertai penyakit kardiovaskular biasanya ditandai dengan demam dan batuk
kering, yang perubahan batuk produktif dahak berdarah ini cepat berkembang
menjadi dyspnea,hipoksemia, dan sianosis dengan radiologis (Bridges C, 2002).
e.
Terapi Influenza
1. Terapi
Non Farmakologi
a. Beristirahat 2-3 hari, mengurangi
kegiatan fisik berlebihan.
b. Meningkatkan gizi makanan. Makanan
dengan kalori dan protein yang tinggi akan menambah daya tahan tahan tubuh.
Makan buah-buahan segar yang banyak mengandungvitamin.
c. Banyak minum air, teh, sari buah
akan mengurangi rasa kering di tenggorokan, mengencerkan dahak dan
membantumenurunkan demam.
d. Sering-sering berkumur dengan air
garam untuk mengurangirasa nyeri di tenggorokan.
2. Terapi
Farmakologi
a. Analgesik dan antipiretik
Secara umum obat golongan ini
mempunyai cara kerja obat yang dapat meringankan rasa sakit dan menurunkan
demam. Zat aktif yang memiliki khasiat analgesik sekaligus antipiretik yang
lazim digunakan dalam obat flu adalah:Parasetamol.
b. Antihistamin
Antihistamin adalah suatu kelompok
obat yang dapat berkompetisi melawan histamin, yaitu salah satu me diator dalam
tubuh yang dilepas pada saat terjadi reaksi alergi. Zat aktif yang termasuk
golongan ini antara lain KlorfeniraminMaleat, Deksklorfeniramin Maleat.
e. Dekongestan hidung
Dekongestan hidung adalah obat yang
mempunyai efek mengurangi hidung tersumbat. Obat-obat yang dapat digolongkan
sebagai dekongestan hidung antara lain:Fenilpropanolamin, Fenilefrin,
Pseudoefedrin dan Efedrin.
f.Ekspektoran
dan Mukolitik
Ekspektoran dan mukolitik digunakan
untuk batuk berdahak, dimaksudkan untuk mempermudah pengeluaran dahak. Zat
aktif yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain Gliseril Guaiakolat,
Ammonium Klorida,Bromheksin.
g. Antitusif
Antitusif
yaitu obat yang bekerja pada susunan saraf pusat menekan pusat batuk dan
menaikkan ambang rangsang batuk. Zat aktif yang termasuk antitusif antara lain
Dekstrometorfan HBr dan Difenhidramin HCl (dalam dosistertentu).
II.
3 Contoh Swamedikasi Obat Salesma dan Influenza
1.
Bodrexin
Pilek Alergi

Komposisi
|
:
|
Per 5 ml Pseudoephedrin HCl
7,5 mg, Chlorpheniramin Maleate (CTM)
0,5 mg
|
Indikasi
|
:
|
Meredakan rhinitis alergi, bersin-bersin, dan hidung tersumbat
|
Dosis
|
:
|
Anak
6-12 tahun 2 sdt, 2-5 tahun 1 sdt. Diberikan 3 kali sehari
|
Efek Samping
|
:
|
Gangguan GI, gangguan psikomotorik, takikardia, aritmia,
palpitasi, retensi urin, sakit kepala, insomnia, eksitasi, tremor, kesulitan
berkemih, mengantuk.
|
Kontra indikasi
|
:
|
Peka terhadap obat simptomimetik lain, hipertensi berat, dan
terapi bersama dengan MAOI.
|
Interaksi Obat
|
:
|
MAOI
|
Golongan Obat
|
:
|
Obat Bebas Terbatas
|
2.
Mixagrip

Komposisi
|
:
|
Per kaplParacetamol 500 mg,
Chlopheniramin maleat (CTM) 2 mg,Phenylpropanolamin HCl 25 mg
|
Indikasi
|
:
|
Pilek, flu, batuk, demam, nyeri
|
Dosis
|
:
|
Dewasa 1-2 kapl Anak ½-1 kapl.3-4 kali sehari
|
Efek Samping
|
:
|
Mengantuk, pusing, mulut kering, serang seperti epilepsi (
dosis besar), ruam kulit.
|
Kontra indikasi
|
:
|
Hipertiroid, hipertensi, peny koroner, nefropati,terapiMAOI
|
Interaksi Obat
|
:
|
Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya.
Efek diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan Paracetamol jangka panjang dapat
berpotensi sebagai antikoagulan oral.
|
Golongan Obat
|
:
|
Obat Bebas Terbatas
|
3. Panadol Cold & Flu

Komposisi
|
:
|
Paracetamol 500 mg, Pseudoephedrin HCl 30 mg,Dextrometorphan
HBr 15 mg
|
Indikasi
|
:
|
Meredakan gejala hidung tersumbat, batuk yang tidak berdahak,
dan demam menyertai influenza
|
Dosis
|
:
|
Dewasa 1 kapl tiap 4-6
jam. Maks. 8 kapl/25jam. Tidak untuk anak <12 tahun.
|
Efek Samping
|
:
|
Kadang-kadang takikardia, dispepsia, mual, kemerahan pada
kulit, depresi pernafasan dan SSP, mengantuk, konstipasi, pusing.
|
Kontra indikasi
|
:
|
Peka terhadap obat simptomimetik lain, hipertensi berat dan
gangguan fungsi hati, terapi bersama dengan MAOI.
|
Interaksi Obat
|
:
|
Penggunaan bersamaan dengan depresan tipe MAOI dapat
mengakibatkan krisis hipertensi
|
Golongan Obat
|
:
|
Obat Bebas Terbatas
|
4. Triaminic Expectorant sirup 60 ml

Komposisi
|
:
|
Pseudoephedrin HCl 15 mg, Guaifenesin 50 mg
|
Indikasi
|
:
|
Meringankan batuk berdahak dan pilek
|
Dosis
|
:
|
Dewasa dan anak >12 tahun 2 sdt, Anak 6-12 tahun
1 sdt, 2-5 tahun ½ sdt.
Diberikan 3 kali sehari
|
Efek Samping
|
:
|
Mual, muntah, berkeringat, sakit kepala, rasa haus,
takikardia, nyeri prekordial, palpitasi, kesulitan miksi, kelemahan otot,
tremor, gelisah, insomnia, mulut kering.
|
Kontra indikasi
|
:
|
Gangguan jantung, diabetes melitus, digunakan bersamaMAOI
|
Interaksi Obat
|
:
|
Efek potensiasi terhadap simpatomimetik dan SSP depresan.
|
Golongan Obat
|
:
|
Obat Bebas Terbatas
|
5. Ikadryl sirup

Komposisi
|
:
|
Dipenhydramin HCl 12,5 mg, Ammon Cl 125 mg, Na citrate 50 mg,
Mentol 1 mg
|
Indikasi
|
:
|
Batuk yang berhubungan dengan selesma, flu dan iritasi
pernafasan lain, bronkitis alergi.
|
Dosis
|
:
|
Dewasa dan anak 1-2 sdt setiap 4 jam
|
Efek Samping
|
:
|
Gangguan GI, anoreksia atau peningkatan nafsu makan,
penglihatan kabur, mulut kering, hipotensi, sakit kepala
|
Kontra indikasi
|
:
|
Neonatus atau bayi prematur, serangan asma akut
|
Interaksi Obat
|
:
|
Dapat meningkatkan efek sedatif depresan SSP. Efek
diperpanjang oleh MAOI
|
Golongan Obat
|
:
|
Obat Bebas Terbatas
|
6. Benacol

Komposisi
|
:
|
Diphenhydramin HCl 12,5 mg, Ammon Cl 100 mg, Guaicolsulfonat
30 mg, Na sitrat 50 mg, menthol 1 mg
|
Indikasi
|
:
|
Flu yang disertai gejala pilek, bersin dan batuk produktif
|
Dosis
|
:
|
Dewasa 1-2 sdt tiap 3-4 jam
dan 2 sdt pada malam hari. Anak½ -
1 sdt tiap 4 jam dan 1 sdt pada malam hari
|
Efek Samping
|
:
|
Gangguan GI, anoreksia atau nafsu makan meningkat, mengantuk,
penglihatan kabur, kesulitan miksi, mulut kering, dada terasa sesak, sakit
kepala.
|
Kontra indikasi
|
:
|
Bayi prematur atau neonatus, serangan asma akut.
|
Interaksi Obat
|
:
|
Meningkatkan efek sedatif depresan SSP, aksi diperpanjang oleh
MAOI
|
Golongan Obat
|
:
|
Obat Bebas Terbatas
|
7.
Contrex
Tablet

Komposisi
|
:
|
Paracetamol 500 mg, Pseudoephedrin HCl 30 mg, chlorpheniramin
maleat 2 mg
|
Indikasi
|
:
|
Meredakan gejala flu atau selesma (batuk pilek)
|
Dosis
|
:
|
Dewasa 1 tab Anak 6-12 tahun ½ tablet. Diberikan
3-4 kali sehari
|
Efek Samping
|
:
|
Mengantuk, mulut kering, pusing
|
Kontra indikasi
|
:
|
Hipertensi, hipertiroidisme, penyakit jantung, MAOI, nefropati
|
Interaksi Obat
|
:
|
Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya.
Efek diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan Paracetamol jangka panjang dapat
berpotensi sebagai antikoagulan oral.
|
Golongan Obat
|
:
|
Obat Bebas Terbatas
|
8.
Anadex
sirup 60 ml

Komposisi
|
:
|
Paracetamol 120 mg, Dextrometorphan HBr 3,5 mg, Chlorpheniramin
maleat 0,5 mg, Phenylpropanolamin HCl 3,5mg
|
Indikasi
|
:
|
Flu, selesma, batuk, demam, dan nyeri
|
Dosis
|
:
|
Dewasa & Anak 6-12 tahun 2 sdt 3-4 kali sehari
|
Efek Samping
|
:
|
Mengantuk, pusing, mulut kering, serangan seperti epilepsi (
dosis tinggi), ruam kulit.
|
Kontra indikasi
|
:
|
Hipertiroid, hipertensi, penyakit jantung koroner, MAOI,
nefropati.
|
Interaksi Obat
|
:
|
Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya.
Efek diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan Paracetamol jangka panjang dapat
berpotensi sebagai antikoagulan oral.
|
Golongan Obat
|
:
|
Obat Bebas Terbatas
|
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
penyakit selesma dan influenza maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Tindakan agar
tidak terkena influenza dan selesma adalah dengan menjaga kebersihan diri
terutama kebersihan tangan.
2. Swamedikasi/terapi
farmakologi untuk selesma dan influenza bersifat simptomatis karena pada
dasarnya selesma dan influenza adalah penyakit yang self-limiting (bisa sembuh sendiri). Obat penurun panas, dekongestan dan pengencer
dahak, antialergi dapat diberikan bila gejala sangat mengganggu
3. Pengobatan penyakit selesma
dan influenza bisa dilakukan dengan pengobatan sendiri ( swamedikasi ) baik
menggunakan obat modern yang termasuk dalam golongan obat bebas, bebas terbatas
dengan memperhatikan dosis dan cara penggunaan ataupun dengan obat tradisional.
III. 2 Saran
Adanya saran dan kritik yang
membangun guna perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Berardi, R., 2004, Handbook of Nonprescription Drugs, Edisi
IV, American Pharmacist Assosiation, Amerika. Hal: 919-920.
Joseph, Dipiro,
Talbert, Robert, dkk. Pharmacotherapy A
PathophysiologicBridges CB, Kuehnert MJ, Hall CB. Transmission of
influenza: Implications for control in health care settings. Clin Infect Dis
2002;37(8):1094–1101.
Kamienski, Mary
& Jim Keogh, 2015, Farmakologi
Demystified, Rapha Publishing, Yogyakarta.
Schmitz N, Kurrer M,
Bachmann M, Kopf M (2005). Interleukin-1
is responsible for acute lung immunopathology but increases survival of respiratory
influenza virus infection. J Virol79 (10): 6441–8.
doi:10.1128/JVI.79.10.6441-6448.2005. PMC 1091664.PMID 15858027.
Tjay, T.H., dkk,
2006, Obat-Obat Penting: Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi keenam, Cetakan Pertama, PT
Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar