Jumat, 18 Januari 2019

Selesma dan Influenza



BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
  Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyrakat diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitas) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Upaya untuk membebaskan tubuh dari penyakit dapat ditempuh melalui beberapa cara, antara lain dengan menggunakan obat.
        Pengobatan sendiri biasanya mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotek atau took obat atas inisiatif diri sendiri tanpa nasehat dokter yang dilakukan untuk penyakit yang tergolong ringan, di antaranya adalah penyakit salesma dan influenza. Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit yang paling sering terjadi dan gejalanya tidak berbahaya. Biasanya penyakit ini sembuh sendiri dalam waktu lima sampai tujuh hari, namun gejalanya sangat mengganggu. Oleh karena itu, pengobatan biasanya hanya ditujukan untuk mengobati gejala, Karena virus penyebab sulit dimusnahkan.
        Selesma (pilek) dan influenza merupakan dua jenis penyakit yang sering disamakan karena memiliki gejala yang sama, dan disebabkan oleh virus yang mudah menular jika seseorang kontak dengan penderita. Akan tetapi, virus yang menyebabkan kedua penyakit tersebut berasal dari jenis yang berbeda. Timbulnya penyakit dapat diperparah bila kondisi tubuh buruk karena kerja fisik yang terlalu berat dan terlmpaui letih, banyak stress atau tidak cukup makanan bergizi.
I. 2 Rumusan Masalah
1.  Apa yang dimaksud salesma dan influenza ?
2.  Bagaimana gejala-gejala salesma dan influenza ?
3.  Bagaimana pencegahan salesma dan influenza ?
4.  Bagaimana swamedikasi/terapi salesma dan influenza ?
BAB II
PEMBAHASAN
II.   1 Salesma (Pilek)
a.  Definisi
        Salesma atau pilek (common cold) adalah iritasi atau peradangan selaput lendir hidung akibat infeksi dari suatu virus. Selaput lendir yang meradang memproduksi banyak lender sehingga hidung menjadi tersumbat dan sulit bernafas. Tandanya di antaranya pilek, mata mengeluarkan banyak air, kepala pusing dan sering kali demam ringan. Lender yang terbentuk mengakibatkan batuk dan bersin (Tjay dan Rahardja; 2006).
b.  Etiologi
        Salesma atau common cold disebabkan oleh rhinovirus yang menyerang saluran nasofaring. Rhinovirus sering disertai dengan peradangan akut pada selaput lender hidung dan peningkatan sekresi hidung. Kondisi ini juga dikenal sebagai rhinitis akut. Rhinovirus bergantung pada musimnya: 50% dari infeksi terjadi pada musim dingin dan 25% terjadi pada musim panas, 25% sisanya terjadi bias kapan saja sepanjang tahun. Rhinovirus menular satu sampai empat hari sebelum pasien menyadari gejala pilek tersebut (Kamienski dan Jim, 2015)
c.   Patofisiologi
Rhinovirus mengikat molekul intraseluler 1 reseptors yang melekat pada sel-sel ephitelial pernapasan di hidung dan nasofaring sehingga dapat bereplikasi dan menyebar. Sel yang terinfeksi melepaskan chemokine “sinyal bahaya” dan sitokin yang mengaktifkan mediator inflamasi dan refleks neurogenik, sehingga ada tambahan mediator inflamasi, vasodilatasi, transudasi plasma, sekresi kelenjar, stimulasi saraf nyeri, refleks bersin dan batuk. Rhinovirus berada dalam nasofaring selama 16 sampai 18 hari setelah infeksi awal. Infeksi virus berakhir dengan  antibodi penetral (sekretori imunoglobulin A atau serum imunoglobulin G) masuk ke dalam mukosa sampai akhir replikasi virus (Berardi, 2004).
d.  Tanda dan Gejala Selesma
Gejala selesma muncul 1 sampai 3 hari setelah infeksi. Hidung tersumbat adalah gejala pertama diikuti dengan, rhinorrea, bersin, sakit tenggorokan dan batuk. Pasien kadang merasa kedinginan, sakit kepala, malaise, mialgia, batuk, atau demam ringan. Gejala biasanya terjadi selama 2 atau 3 hari. Batuk biasanya jarang terjadi dan jika muncul selama 4 atau 5 hari. Gejala selesma bertahan sekitar 7 hari. Tanda dan gejala selesma mungkin sulit dibedakan dengan influenza dan penyakit pernafasan lainnya (Berardi, 2004).
e.    Pencegahan
a)   Menjaga kebersihan perorangan seperti sering mencuci tangan, menutup mulut ketika batuk dan bersin, dan membuang ludah/ dahak dari mulut dan ingus hidung dengan cara yang bersih dan
 tidak sembarangan.
b)   Bila memungkinkan, hindari jangan sampai berjejal di satu ruangan, misalnya ruang keluarga, atau tempat tidur. Ruangan
 harus memiliki ventilasi yang cukup lega.
c)    Hindari merokok di dalam rumah, apalagi dimana ada banyak
anak-anak.
d)   Berpola hidup sehat, hindari minum alkohol, stres, istirahat
 cukup, dll.
e)   Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan.
f)     Bila akan menyentuh/menggendong bayi, cucilah tangandahulu.
g)    Makan makanan yang bersih, higienis, sehat, gizi-nutrisiseimbang. Idealnya 4 sehat 5 sempurna.
h)   Memperhatikan dan menjaga kebersihan dan sanitasilingkungan.
i)      Konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan untuk menggunakan obat-obatan, jamu, jamur, herbal, atausuplemen untuk mengatasi salesma.
f.     Terapi Selesma
Tidak ada obat khusus untuk pilek. Tujuan terapi ini adalah untuk mengurangi gejala yang muncul dan dirasa mengganggu. Terdapat 2 terapi pada selesma yaitu farmakologi dan non farmakologi.
1.  Terapi Non Farmakologi
Untuk anak terapi tanpa obat mencakup peningkatan retensi cairan, istirahat cukup, makan bernutrisi, termasuk hati-hati membersihkan saluran hidung, meningkatkan kelembaban udara atau penguapan hangat, larutan garam, dan  larutan nasal. Larutan garam dapat membantu membran mukosa mengeluarkan mukus. Makanan dan minuman seperti teh dengan lemon dan madu, sop ayam, dan air daging hangat membantu meredakan pilek dan meningkatkan retensi cairan. Mengkonsumsi sop hangat mempunyai aktifitas sebagai anti inflamasi. Terapi tanpa obat untuk anak harus hati-hati. Jika menggunakan semprotan, anak harus posisi tegak untuk melancarkan aliran hidung, menjaga asupan cairan, meningkatkan kelembaban udara, dan mengairi hidung dengan tetes garam (Berardi, 2004).
2.  Terapi Farmakologi
Dekongestan merupakan pilihan terapi untuk pilek. Hidung tersumbat diobati dengan dekongestan topikal atau oral. Antihistamin dapat mengurangi bersin, sedangkan batuk biasanya sembuh sendiri, tetapi dapat diobati dengan dextromethorpan atau antitusif dan demam, diobati dengan antipiretik.
a.    Dekongestan
Dekongestan dapat mengobati sinus dan hidung tersumbat. Penggunaan dekongestan dosisnya harus dan dibatasi tidak lebih dari 3 sampai 5 hari untuk menghindari rhinitis medicamentosa. Dekongestan adalah agonis adrenergik (simpatomimetik). Mekanisme aksinya, stimulasi dari reseptor α-adrenergik menarik pembuluh darah, sehingga menurunkan pembengkakan pembuluh sinus dan edema mukosa. Aksi langsung dekongestan (phenylephrine, oxymetazoline, tetrahydrozoline) mengikat reseptor adrenergik (Berardi, 2004).
Tabel 1. Dosis Dekongestan menurut Berardi (2004)
Obat 

Dosis (maksimal per hari) 

dewasa/anak ≥ 12



tahun 
anak (6 - < 12 tahun) 
anak 2-  <6 tahun 
Phenylephrine 
10 mg tiap 4 jam/hari 
5 mg tiap 4jam/hari 
2,5 tiap 4jam/hari 
Pdeudoephedrine 
  60 mg tiap 4-6 jam/hari 
30 mg tiap 6jam/hari 
15mg tiap 6jam/hari 
b.    Antihistamin
Obat tanpa resep antihistamin penenang dapat mengurangi rhinorrhea yang berhubungan dengan pilek dan mengurangi bersin (Berardi, 2004).
Mekanisme kerja antihistamin adalah antagonis reseptor H1 berikatan dengan H1 tanpa mengaktivasi reseptor, sehingga mencegah terjadi ikatan dan kerja histamin. Beberapa antihistamin yang dapat diperoleh tanpa resep dokter antara lain: CTM, promethazin, triprolidin, dll.
c.    Analgesik
Analgesik efektif untuk nyeri  atau demam yang berhubungan dengan pilek. Pada pilek jarang terjadi demam diatas 37,8˚C. Antipiretik tanpa resep seperti aspirin, asetaminofen, ibuprofen, naprofen, atau ketoprofen merupakan obat yang efektif untuk mengurangi demam (Berardi, 2004).
d.   Antitusif
Infeksi virus dapat memproduksi sekret dalam jumlah besar pada saluran pernapasan sehingga terjadi batuk. Fungsi batuk ini adalah mengeluarkan sputum dan bakteri. Ketika batuk tidak produktif dapat ditekan dengan antitusif yang bekerja dengan menekan sistem saraf pusat. Beberapa antitusif yang dapat diperoleh tanpa resep dokter diantaranya,difenhidramin HCl dan dextrometorpan yang terbukti efektif untuk pilek.
e.    Vitamin
Suplemen yang dapat diberikan seperti vitamin C, jus lemon, teh herbal, bioflavonoid, betakaroten. Vitamin C pada dosis tinggi (1-1,5 mg) berkhasiat meringankan gejala, mempersingkat lamanya infeksi dan sebagai stimulan sistem imun. Pada dosis tinggi limfosit dirangsang perbanyakan aktivitasnya sehingga pembasmian virus berlangsung lebih cepat.



II. 2 Influenza
a.  Definisi
Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus influenza. Virus influenza merupakan virus RNA yang dapat hidup pada manusia, kuda, babi, ayam dan burung. Virus adalah jasad biologis, bukan hewan atau tanaman, tanpa struktur sel dan tidak berdaya untuk hidup dan memperbanyak diri secara mandiri. Di luar tubuh manusia, seringkali virus berbentuk kristal tanpa tanda hidup, tahan asam dan basa, serta resisten terhadap suhu sangat rendah atau tinggi. Jika keadaan lingkungan membaik, seperti di dalam tubuh manusia atau hewan, kristal tersebut akan hidup dan mampu memperbanyak diri. Mikroorganisme ini menggunakan sistem enzim dari sel tuan rumah untuk mensintesis asam nukleat, protein dan perkembangbiakannnya (Tjay dan Rahardja, 2006). 
b.  Etiologi dan Epidemiologi
Infeksi influenza dapat terjadi setiap saat selama musim dingin. Tingkat infeksi tertinggi terjadi pada anak-anak, tapi tingkat tertinggi penyakit parah, rawat inap, dan kematian terjadi di antara mereka yang lebih tua dari usia 65 tahun, anak-anak (lebih muda dari 2 tahun), Epidemi Influenza dimulai dari tahun 1979 hingga tahun 2000 yang menghasilkan rata-rata 226.000 rawat inap. Untuk usia lanjut di atas 65 tahun lebih dari 90% terjadi kematian terkait influenza. Kematian dengan influenza penyebab dari pneumonia bakteri sekunder, pneumonia virus primer, dan atau eksaserbasi penyakit penyerta yang mendasari (Joseph,2002).
c.   Patofisiologi
Salah satu mekanisme diyakini penghambatan hormon adrenokortikotropik (ACTH) sehingga menurunkan kadar kortisol. Mengetahui gen yang dibawa oleh strain tertentu dapat membantu memprediksi seberapa baik akan menginfeksi manusia dan seberapa parah infeksinya. Misalnya, bagian dari proses yang memungkinkan virus influenza menginvasi suatu sel adalah pembelahan protein hemaglutinin virus oleh salah satu enzim protease. Dalam virus ringan dan virulen, struktur hemaglutinin yang hanya bisa dipecah oleh protease yang ditemukan dalam tenggorok dan paru-paru, sehingga virus ini tidak dapatmenginfeksi jaringan lain. Namun, dalam strain yang sangat virulen, seperti H5N1, hemaglutinin yang dapat di urai oleh berbagai protease, yang memungkinkan virus untuk menyebar ke seluruhtubuh (Schmitz N, 2005).
d.  Gejala
Tanda dan gejalanya termasuk cepat timbulnya demam, mialgia, sakit kepala, malaise, batuk, sakit tenggorokan, dan rhinitis. Mual, muntah, dan otitis media juga sering dilaporkan pada anak-anak. Tanda dan gejala biasanya dalam waktu sekitar 3-7 hari, meskipun batuk dan malaise dapat bertahan selama lebih dari 2 minggu. Pneumonia virus primer terjadi terutama pada wanita hamil dan disertai penyakit kardiovaskular biasanya ditandai dengan demam dan batuk kering, yang perubahan batuk produktif dahak berdarah ini cepat berkembang menjadi dyspnea,hipoksemia, dan sianosis dengan radiologis (Bridges C, 2002).
e.   Terapi Influenza
1.  Terapi Non Farmakologi
a.    Beristirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan fisik berlebihan.
b.    Meningkatkan gizi makanan. Makanan dengan kalori dan protein yang tinggi akan menambah daya tahan tahan tubuh. Makan buah-buahan segar yang banyak mengandungvitamin.
c.    Banyak minum air, teh, sari buah akan mengurangi rasa kering di tenggorokan, mengencerkan dahak dan membantumenurunkan demam.
d.    Sering-sering berkumur dengan air garam untuk mengurangirasa nyeri di tenggorokan.
2.  Terapi Farmakologi
a.  Analgesik dan antipiretik
Secara umum obat golongan ini mempunyai cara kerja obat yang dapat meringankan rasa sakit dan menurunkan demam. Zat aktif yang memiliki khasiat analgesik sekaligus antipiretik yang lazim digunakan dalam obat flu adalah:Parasetamol.
b.  Antihistamin
Antihistamin adalah suatu kelompok obat yang dapat berkompetisi melawan histamin, yaitu salah satu me diator dalam tubuh yang dilepas pada saat terjadi reaksi alergi. Zat aktif yang termasuk golongan ini antara lain KlorfeniraminMaleat, Deksklorfeniramin Maleat.
e.  Dekongestan hidung
Dekongestan hidung adalah obat yang mempunyai efek mengurangi hidung tersumbat. Obat-obat yang dapat digolongkan sebagai dekongestan hidung antara lain:Fenilpropanolamin, Fenilefrin, Pseudoefedrin dan Efedrin.
f.Ekspektoran dan Mukolitik
Ekspektoran dan mukolitik digunakan untuk batuk berdahak, dimaksudkan untuk mempermudah pengeluaran dahak. Zat aktif yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain Gliseril Guaiakolat, Ammonium Klorida,Bromheksin.
g.    Antitusif
Antitusif yaitu obat yang bekerja pada susunan saraf pusat menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk. Zat aktif yang termasuk antitusif antara lain Dekstrometorfan HBr dan Difenhidramin HCl (dalam dosistertentu).
II. 3 Contoh Swamedikasi Obat Salesma dan Influenza
1.   Bodrexin Pilek Alergi
Komposisi
:
Per 5 ml Pseudoephedrin HCl 7,5 mg, Chlorpheniramin   Maleate (CTM)  0,5 mg
Indikasi
:
Meredakan rhinitis alergi, bersin-bersin, dan hidung tersumbat
Dosis
:
Anak 6-12 tahun 2 sdt, 2-5 tahun 1  sdt. Diberikan 3 kali sehari
Efek Samping
:
Gangguan GI, gangguan psikomotorik, takikardia, aritmia, palpitasi, retensi urin, sakit kepala, insomnia, eksitasi, tremor, kesulitan berkemih, mengantuk.
Kontra indikasi
:
Peka terhadap obat simptomimetik lain, hipertensi berat, dan terapi bersama dengan MAOI.
Interaksi Obat
:
MAOI
Golongan Obat
:
Obat Bebas Terbatas

2.    Mixagrip

Komposisi
:
Per kaplParacetamol 500 mg, Chlopheniramin maleat (CTM) 2 mg,Phenylpropanolamin HCl 25 mg
Indikasi
:
Pilek, flu, batuk, demam, nyeri
Dosis
:
Dewasa 1-2 kapl Anak ½-1 kapl.3-4 kali sehari
Efek Samping
:
Mengantuk, pusing, mulut kering, serang seperti epilepsi ( dosis besar), ruam kulit.
Kontra indikasi
:
Hipertiroid, hipertensi, peny koroner, nefropati,terapiMAOI
Interaksi Obat
:
Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya. Efek diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan Paracetamol jangka panjang dapat berpotensi sebagai antikoagulan oral.
Golongan Obat
:
Obat Bebas Terbatas




3.    Panadol Cold & Flu
Komposisi
:
Paracetamol 500 mg, Pseudoephedrin HCl 30 mg,Dextrometorphan HBr 15 mg
Indikasi
:
Meredakan gejala hidung tersumbat, batuk yang tidak berdahak, dan demam menyertai influenza
Dosis
:
Dewasa 1 kapl tiap 4-6 jam. Maks. 8 kapl/25jam. Tidak untuk anak <12 tahun.
Efek Samping
:
Kadang-kadang takikardia, dispepsia, mual, kemerahan pada kulit, depresi pernafasan dan SSP, mengantuk, konstipasi, pusing.
Kontra indikasi
:
Peka terhadap obat simptomimetik lain, hipertensi berat dan gangguan fungsi hati, terapi bersama dengan MAOI.
Interaksi Obat
:
Penggunaan bersamaan dengan depresan tipe MAOI dapat mengakibatkan krisis hipertensi
Golongan Obat
:
Obat Bebas Terbatas

4.    Triaminic Expectorant sirup 60 ml
Komposisi
:
Pseudoephedrin HCl 15 mg, Guaifenesin 50 mg
Indikasi
:
Meringankan batuk berdahak dan pilek
Dosis
:
Dewasa dan anak >12 tahun 2 sdt, Anak 6-12 tahun 1 sdt, 2-5 tahun ½ sdt. Diberikan 3 kali sehari
Efek Samping
:
Mual, muntah, berkeringat, sakit kepala, rasa haus, takikardia, nyeri prekordial, palpitasi, kesulitan miksi, kelemahan otot, tremor, gelisah, insomnia, mulut kering.
Kontra indikasi
:
Gangguan jantung, diabetes melitus, digunakan bersamaMAOI
Interaksi Obat
:
Efek potensiasi terhadap simpatomimetik dan SSP depresan.
Golongan Obat
:
Obat Bebas Terbatas

5.    Ikadryl sirup
Komposisi
:
Dipenhydramin HCl 12,5 mg, Ammon Cl 125 mg, Na citrate 50 mg, Mentol 1 mg
Indikasi
:
Batuk yang berhubungan dengan selesma, flu dan iritasi pernafasan lain, bronkitis alergi.
Dosis
:
Dewasa dan anak 1-2  sdt setiap 4 jam
Efek Samping
:
Gangguan GI, anoreksia atau peningkatan nafsu makan, penglihatan kabur, mulut kering, hipotensi, sakit kepala
Kontra indikasi
:
Neonatus atau bayi prematur, serangan asma akut
Interaksi Obat
:
Dapat meningkatkan efek sedatif depresan SSP. Efek diperpanjang oleh MAOI
Golongan Obat
:
Obat Bebas Terbatas

6.    Benacol
Komposisi
:
Diphenhydramin HCl 12,5 mg, Ammon Cl 100 mg, Guaicolsulfonat 30 mg, Na sitrat 50 mg, menthol 1 mg
Indikasi
:
Flu yang disertai gejala pilek, bersin dan batuk produktif
Dosis
:
Dewasa 1-2 sdt tiap 3-4 jam dan 2 sdt pada malam hari. Anak½ - 1 sdt tiap 4 jam dan 1 sdt pada malam hari
Efek Samping
:
Gangguan GI, anoreksia atau nafsu makan meningkat, mengantuk, penglihatan kabur, kesulitan miksi, mulut kering, dada terasa sesak, sakit kepala.
Kontra indikasi
:
Bayi prematur atau neonatus, serangan asma akut.
Interaksi Obat
:
Meningkatkan efek sedatif depresan SSP, aksi diperpanjang oleh MAOI
Golongan Obat
:
Obat Bebas Terbatas

7.    Contrex Tablet
Komposisi
:
Paracetamol 500 mg, Pseudoephedrin HCl 30 mg, chlorpheniramin maleat 2 mg
Indikasi
:
Meredakan gejala flu atau selesma (batuk pilek)
Dosis
:
Dewasa 1 tab Anak 6-12 tahun ½ tablet. Diberikan 3-4 kali sehari
Efek Samping
:
Mengantuk, mulut kering, pusing
Kontra indikasi
:
Hipertensi, hipertiroidisme, penyakit jantung, MAOI, nefropati
Interaksi Obat
:
Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya. Efek diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan Paracetamol jangka panjang dapat berpotensi sebagai antikoagulan oral.
Golongan Obat
:
Obat Bebas Terbatas


8.    Anadex sirup 60 ml
Komposisi
:
Paracetamol 120 mg, Dextrometorphan HBr 3,5 mg, Chlorpheniramin maleat 0,5 mg, Phenylpropanolamin HCl 3,5mg
Indikasi
:
Flu, selesma, batuk, demam, dan nyeri
Dosis
:
Dewasa & Anak 6-12 tahun 2  sdt 3-4 kali sehari
Efek Samping
:
Mengantuk, pusing, mulut kering, serangan seperti epilepsi ( dosis tinggi), ruam kulit.
Kontra indikasi
:
Hipertiroid, hipertensi, penyakit jantung koroner, MAOI, nefropati.
Interaksi Obat
:
Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya. Efek diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan Paracetamol jangka panjang dapat berpotensi sebagai antikoagulan oral.
Golongan Obat
:
Obat Bebas Terbatas





BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penyakit selesma dan influenza maka dapat disimpulkan bahwa :
1.  Tindakan agar tidak terkena influenza dan selesma adalah dengan menjaga kebersihan diri terutama kebersihan tangan.
2.    Swamedikasi/terapi farmakologi untuk selesma dan influenza bersifat simptomatis karena pada dasarnya selesma dan influenza adalah penyakit yang self-limiting (bisa sembuh sendiri).  Obat penurun panas, dekongestan dan pengencer dahak, antialergi dapat diberikan bila gejala sangat mengganggu
3.    Pengobatan penyakit selesma dan influenza bisa dilakukan dengan pengobatan sendiri ( swamedikasi ) baik menggunakan obat modern yang termasuk dalam golongan obat bebas, bebas terbatas dengan memperhatikan dosis dan cara penggunaan ataupun dengan obat tradisional.
III. 2 Saran
Adanya saran dan kritik yang membangun guna perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Berardi, R., 2004, Handbook of Nonprescription Drugs, Edisi IV, American Pharmacist Assosiation, Amerika. Hal: 919-920.
Joseph, Dipiro, Talbert, Robert, dkk. Pharmacotherapy A PathophysiologicBridges CB, Kuehnert MJ, Hall CB. Transmission of influenza: Implications for control in health care settings. Clin Infect Dis 2002;37(8):1094–1101.
Kamienski, Mary & Jim Keogh, 2015, Farmakologi Demystified, Rapha Publishing, Yogyakarta.
Schmitz N, Kurrer M, Bachmann M, Kopf M (2005). Interleukin-1 is responsible for acute lung immunopathology but increases survival of respiratory influenza virus infection. J Virol79 (10): 6441–8. doi:10.1128/JVI.79.10.6441-6448.2005. PMC 1091664.PMID 15858027.
Tjay, T.H., dkk, 2006, Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi keenam, Cetakan Pertama, PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Batuk dan Asma

Batuk dan Asma C.    Pengertian Batuk Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk menjaga pernapasan dari benda atau ...